NASEHAT    KHUTBAH    ADAB    SIROH    FATWA    SYI'AH    BAHASA ARAB    PENYEJUK HATI    DO'A DAN ZIKIR   
Diberdayakan oleh Blogger.

LUPA RAKA'AT SHOLAT

Penulis: Syaikh Muhammad Ibnu Sholih Al’Utsaimin Rahimahullahu Ta`ala

Tidak jarang disaat kita melaksanakan sholat, baik dalam keadaan sholat, maupun sudah selesai salam, timbul rasa keraguan dalam hati kita. Keraguan tersebut bisa berupa lupa jumlah raka`at yang telah dikerjakan (tertambah ataupun terkurangi), lupa tasyahhud awal, ragu saat sholat sedang berada di raka`at keberapa dan lain sebagainya.

LUPA RAKA'AT SHOLAT
ulinuhaasnawi.blogspot.com
Dan bila hal ini terjadi pada kita, jangan risau maupun bingung. Beruntunglah bagi orang yang mencintai sunnah, yakni ahlussunnah wal jama`ah. Kenapa? Karena kita tidak perlu mengada-adakan sesuatu ataupun mengarang-ngarangnya seperti yang sering dilakukan ahlul bida`seperti kaum sufi, kaum syiah, tariqat-tariqat dan seluruh firqoh yang sesat dan menyesatkan diluar ahlul hadith, ahlussunnah waljama`ah. Sebab telah ada sunnah yang telah dicontohkan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam kepada kita tentang hal ini. Mau tahu…? Silahkan simak penjelasannya di bawah ini:

KASUS 1

Apabila seseorang lupa dalam sholatnya, sehingga tertambah 1 kali ruku` atau 1 kali sujud atau 1 kali berdiri atau 1 kali duduk, maka orang tersebut harus meneruskan sholatnya sampai salam, untuk selanjutnya melaksanakan sujud sahwi (dua kali sujud), lalu salam kembali.

Contohnya:

Apabila seseorang melaksanakan sholat Dzuhur, kemudian dia berdiri untuk raka`at ke lima (ke-5), tiba-tiba ia ingat ataupun diingatkan orang lain, maka ia harus duduk kembali TANPA TAKBIR, lalu membaca tasyahhud akhir dan salam, kemudian ia sujud sahwi (dua kali sujud) lalu salam kembali.

# Bila orang tersebut mengetahuinya (tambahan tadi) setelah selesai sholat, maka ia tetap harus sujud sahwi dan salam kembali.

KASUS 2

Apabila seseorang salam sebelum sempurna sholatnya karena lupa, namun tidak lama berselang setelah salam tersebut tiba-tiba ia ingat ataupun diingatkan orang lain dengan catatan lama waktu ia teringat atau diingatkan tersebut kira-kira sama dengan lamanya dia sholat (mulai sholat sampai salam) maka ia harus menyempurnakan sholatnya yang tertinggal tadi kemudian salam dan setelah itu sujud sahwi (dua kali sujud) dan salam kembali.

Contohnya:

Apabila seseorang sholat Dzuhur, kemudian ia lupa dan langsung salam pada raka`at ke 3 (tiga), tiba-tiba ia ingat ataupun diingatkan orang lain, maka dia harus menyempurnakan raka`at ke 4 (empat) dan salam, lalu sujud sahwi (dua kali sujud) untuk seterusnya salam.

# Bila orang tersebut sadar akan kekurangan raka`atnya tersebut DALAM JANGKA WAKTU YANG LAMA, maka ia harus mengulang sholatnya dari awal.

KASUS 3

Apabila seseorang meninggalkaan tasyahhud awal atau kewajiban lainnya dalam sholat KARENA LUPA, maka ia harus sujud sahwi (dua kali sujud) sebelum salam. Dan hal ini menjadi tidak mengapa baginya. Namun jika ia ingat bahwa ia belum membaca tasyahhud awal tersebut atau kewajiban lainnya itu sebelum berobah posisi-nya, maka hendaklah ia tunaikan (tasyahhud awal atau kewajiban lainnya tersebut). Dan hal demikian menjadi tidak mengapa baginya.

Jika ia ingat setelah perubahan posisi tetapi sebelum sampai pada posisi yang berikutnya, hendaklah ia kembali ke posisi yang pertama untuk menunaikan tasyahhud awal atau kewajiban lainnya tersebut.

Contohnya:

Apabila seseorang lupa tasyahhud awal dan ia langsung berdiri ke raka`at ke 3 (tiga) dengan sempurna maka ia tidak boleh kembali duduk dan wajib atasnya sujud sahwi sebelum salam.

# Bila ia duduk tasyahhud tetapi lupa membaca tasyahhud, kemudian ingat sebelum berdiri, maka ia harus membaaca tasyahhud dan kemudian menyempurnakan sholatnya, TANPA SUJUD SAHWI.

# Demikian juga bila ia berdiri seblum tasyahhud kemudian ingat sebelum berdirinya sempurna, maka ia harus kembali duduk dan bertasyahhud untuk kemudian menyempurnakan sholatnya.


Tetapi para `Ulama menyatakan bahwa ia harus tetap sujud sahwi dikarenakan ia telah menambah satu gerakan yakni bangkit ketika hendak berdiri ke raka`at ke 3. Wallahu a`lam

KASUS 4

Apabila seseorang ragu dalam sholatnya apakah telah 2 raka`at atau sudah 3 raka`at dan ia TIDAK MAMPU menentukan yang paling rojih (kuat) diantara keduanya maka ia harus membangun di atas yaqin JUMLAH YANG TERKECIL kemudian sujud sahwi sebelum salam dan setelah itu ia memberi salam.

Contohnya:

Apabila ia sholat Dzuhur dan ragu pada raka`at ke 2 (dua), apakah ini masih berada di raka`at ke 2 (dua) atau sudah ke 3 (tiga) dan ia tidak mampu menentukan yang paling rojih (benar) diantara keduanya maka ia harus memilih yang 2 (dua) raka`at (jumlah terkecil). Kemudian ia sempurnakan sisanya lalu sujud sahwi (dua kali sujud) sebelum salam kemudian setelah itu memberi salam.

KASUS 5

Apabila seseorang ragu dalam sholatnya, apakah telah 2 (dua) raka`at atau sudah 3 (tiga) raka`at, namun walaupun demikian, ternyata ia MAMPU untuk menentukan yang paling rojih (benar), maka ia harus membangun diatas yang diyakininya itu (apakah yang 2 raka`at ataupun yang 3 raka`at) kemudian ia sempurnakan hingga salam lalu ia sujud sahwi kemudian salam kembali.

Contohnya:

Apabila seseorang sholat Dzuhur, kemudian ia ragu pada raka`at ke 2; apakah ia masih dalam raka`at ke 2 atau sudah masuk raka`at ke 3. Namun kemudian timbul keyakinan yang kuat dalam hatinya bahwa ia berada pada raka`at ke 3 maka ia harus membangun sholatnya di atas keyakinannya itu (raka`at ke 3) lalu ia sempurnakan sholatnya hingga salam, kemudian ia sujud sahwi untuk selanjutnya salam kembali.


# Apabila keraguan datang kembali setelah ia selesai dari sholatnya, maka itu tidak dianggap atau ia tidak perlu memperdulikannya kecuali ia yakin sekali.

# Apabila ia sering ragu, maka keraguannya itu tidak dianggap atau ia tidak perlu memperdulikannya, karena itu hanyalah merupakan rasa was-was (dari syaiton).

ISLAM, IMAN DAN IHSAN

Tiga landasan utama
omahbukumuslim.com
Islam, ialah berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan penuh kepatuhan pada segala perintah-Nya serta menyelamatkan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat syirik.

Dan agama Islam, dalam pengertian tersebut mempunyai tiga tingkatan, yaitu : Islam, Iman dan Ihsan; masing-masing tingkatan ada rukun-rukunnya.


Tingkatan pertama : Islam

Adapun tingkatan Islam, rukunnya ada lima :
1.Syahadat (pengakuan dengan hati dan lisan) bahwa : “Laa Ilaaha Illallaah – Muhammad Rasulullah” (Tiada sesembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah).
2.Mendirikan shalat.
3.Menunaikan zakat.
4.Puasa pada bulan Ramadhan dan
5.Haji ke Baitullah Al-Haram.


Dalil syahadat :
Firman Alah Ta’ala :

شهد الله أنه لا إله إلا هو والملائكة وأولو العلم قائما بالقسط لا إله إلا هو العزيز الحكيم 

“Allah menyatakan bahwa tiada sesembahan (yang haq) selain Dia, dengan senantiasa menegakkan keadilan. (juga menyatakan yang demikian itu) para Malaikat dan orang-orang yang berilmu. Tiada sesembahan (yang haq) selain dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali-Imran : 18).

“Laa Ilaaha Illallah”, artinya : tiada sesembahan yang haq selain Allah.

Syahadat ini mengandung dua unsur. Menolak dan menetapkan. “La Ilaaha”, adalah menolak segala sembahan selain Allah, “Illallah”, adalah menetapkan bahwa ibadah (penghambaan) itu hanya untuk Allah semata, tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu di dalam ibadah kepada-Nya, sebagaimana tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu di dalam kakuasaan-Nya.

Tafsir makna syahadat tersebut diperjelas oleh firman Allah Ta’ala:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاء مِّمَّا تَعْبُدُونَ (26) إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (27) سورة الزخرف وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ سورة الزخرف 

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kepada kaumnya : ‘Sesungguhnya aku menyatakan lapas diri dari segala yang kamu sembah, kecuali Tuhan yang telah menciptakanku, kerena sesungguhnya Dia akan memberiku petunjuk. ‘Dan (Ibrohim) mejadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka senantiasa kembali (kepada tauhid).” (QS. Az-Zukhruf : 26-28).

Dan firman Allah Ta’ala :

قل يا أهل الكتاب تعالوا إلى كلمة سواء بيننا وبينكم ألا نعبد إلا الله ولا نشرك به شيئا ولا يتخذ بعضنا بعضا أربابا من دون الله فإن تولوا فقولوا اشهدوا بأنا مسلمون 

“Katakanlah (Muhammad) : ‘Hai Ahli Kitab! Marilah kamu kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, yaitu : hendaklah kita tidak menyembah selain Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya serta janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah’. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka : ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang muslim (menyerah diri kepada Allah).” (QS. Ali Imran : 64).

Adapun dalil syahadat bahwa Muhammad itu Rasulullah, adalah firman Allah Ta’ala :

لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ 

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kalangan kamu sendiri, terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat mengiginkan (keimanan dan keselamatan) untukmu, amat belas kasih lagi penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah : 128).

Syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah, berarti : mentaati apa yang diperintahkannya, membenarkan apa yang diberitakannya, menjauhi apa yang dilarang serta dicegahnya, dan beribadah kepada Allah dengan apa yang disyariatkannya.


Dalil shalat, zakat dan tafsir kalimat tauhid :
Firman Allah Taala :

وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة وذلك دين القيمة 

“Padahal mereka tidaklah diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah, dengan memurnikan ketaatan kapada-Nya lagi bersikap lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat serta mengeluarkan zakat. Demikian itulah tuntunan agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah : 5).

Dalil Shiyam/Puasa :
Firman Allah Ta’ala :

يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan kepada kamu untuk melakukan shiyam, sebagaimana telah diwajibkan kapada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 183).


Dalil Haji : 
Firman Allah Ta’ala :

ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا ومن كفر فإن الله غني عن العالمين 

“Dan hanya untuk Allah, wajib bagi manusia melakukan haji, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dan barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan) semesta alam.” (QS. Ali Imran : 97).



Tingkatan kedua : Iman

Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yang paling tinggi ialah syahadat. “ La Ilaha Illallah”, sedang cabang yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu adalah salah satu cabangnya iman.
Rukun iman ada enam yaitu :
1.Iman kepada Allah.
2.Iman kepada para Malaikat-Nya.
3.Iman kepada kitab-kitab-Nya. 
4.Iman kepada para Rasul-Nya.
5.Iman kepada hari akhirat, dan
6.Iman kepada qadar [10] , yang baik maupun yang buruk.

Dalil ke enam rukun ini, firman Allah Ta’ala :

ليس البر أن تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من آمن بالله والملائكة والكتاب والنبيين 

“Berbakti (dan beriman) itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu (dalam shalat) ke arah timur dan barat, tetapi berbakti (dan beriman) yang sebenarnya ialah iman seseorang kepada Allah, hari akhirat, para malaikat, kitab-kitab dan Nabi- Nabi…” (QS. Al-Baqarah : 177). 

Dan firman Allah Ta’ala : 

إنا كل شيء خلقناه بقدر 

"Sesngguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan sesuai dengan qadar.” (QS. Al- Qamar : 49).



Tingkatan ketiga : Ihsan


Ihsan, rukunnya hanya satu, yaitu :

أن تعبد الله كأنك تراه, فإن لم تكن تراه فإنه يراك

“Beribadahlah kepada Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihatNya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Dalilnya, firman Allah Ta’ala :

إن الله مع الذين اتقوا والذين هم محسنون 

“Sesunggunya Allah besama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat ihsan.” (QS. An-Nahl : 128 ).

وتوكل على العزيز الرحيم الذي يراك حين تقوم وتقلبك في الساجدين إنه هو السميع العليم 

“Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihatmu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetehui.” (QS. Asy-syuaraa’ : 217-220).

وما تكون في شأن وما تتلوا من قرآن ولا تعملون من عمل إلا كنا عليكم شهودا إذ تفيضون فيه 

"Dalam keadaan apapun kamu berada, dan (ayat) apapun dari Al-Qur’an yang kamu baca, serta pekerjaan apapun yang kamu kerjakan, tidak lain kami adalah menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya…”. (QS. Yunus : 61).

Adapun dalilnya dari sunnah, ialah hadits Jibril  yang masyhur, yang diriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu : 


عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ 

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim).

Sumber : TIGA LANDASAN UTAMA karya Syaikh Muhammad At-Tamimi.


MENGENAL ALLAH TA'ALA

Tiga landasan utama
omahbukumuslim.com
Apabila anda ditanya : siapakah Tuhanmu?, Maka katakanlah: Tuhanku adalah Allah yang telah memelihara diriku dan memelihara semesta alam ini dengan segala ni’mat yang dikaruniakannya. Dan Dialah sembahanku, tiada bagiku sesembahan yang haq selain Dia.

Allah Ta’ala berfirman :

الحمد لله رب العالمين.

“Segala puji hanya milik Allah Pemelihara semesta alam.” (QS. Al-fatihah : 1).

Semua yang ada selain Allah disebut alam, dan aku adalah bagian dari semesta alam ini.

Selanjutnya, jika anda ditanya : melalui apa anda mengenal Tuhan? Maka hendaklah anda jawab : melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya dan melalui ciptaan-Nya. Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah : malam, siang, matahari dan bulan. Sedang diantara ciptaanNya ialah : tujuh langit dan tujuh bumi beserta segala makhluk yang ada di langit dan di bumi serta yang ada di antara keduanya.

ومن آياته الليل والنهار والشمس والقمر لا تسجدوا للشمس ولا للقمر واسجدوا لله الذي خلقهن إن كنتم إياه تعبدون

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah kamu bersujud kepada matahari dan janganlah (pula kamu bersujud) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu banar-benar hanya kepadanya beribadah.” (QS. Fushshilat : 37).

Dan firmanNya : 

إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِين 

“Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang, senantiasa mengikutinya dengan cepat. Dan Dia (ciptakan pula) matahari dan bulan serta bintang-bintang (semuanya) tunduk kepada perintah-Nya. Ketahuilah hanya hak Allah mencipta dan memerintah itu. Maha suci Allah Tuhan semesta alam.” (Surat Al-A’raf : 54). 

Tuhan inilah yang haq untuk disembah. Dalilnya, firman Allah Ta’ala:

“Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang- orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Robb) yang telah menjadikan untukmu bumi ini sebagai hamparan dan langit sebagai atap, serta menurunkan (hujan) dari langit, lalu dengan air itu Dia menghasilkan segala buah-buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengangkat sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mngetahui.” (Surat Al-Baqarah: 21-22). 

Ibnu katsir  Rahimahullahu Ta’ala, mengatakan : hanya pencipta segala sesuatu yang ada inilah yang berhak dengan segala macam ibadah.

Dan macam-macam ibadah yang diperintahkan Allah itu, antara lain: Islam , Iman, Ihsan, do’a, khauf (takut), raja’ (pengharapan), tawakkal, raghbah (penuh minat), rahbah (cemas), khusyu’ (tunduk), khasyyah (takut), inabah (kembali kepada Allah), isti’anah (memohon pertolongan), isti’azah (memohon perlindungan), istighatsah (memohon pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan), dzabh (menyembelih), nazar, dan macam-macam ibadah lainnya yang diperintahkan oleh Allah. 

Allah Subahanahu waTa’ala berfirman :

وأن المساجد لله فلا تدعوا مع الله أحدا 

“Dan sesungguhnya masji-masjid itu adalah kepunyaan Allah, karena itu, janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah Allah).” (QS. Al-Jin: 18).

Karena itu, barangsiapa yang menyelewengkan ibadah tersebut untuk selain Allah, maka ia adalah musyrik dan kafir. Firman Allah Ta’ala :


ومن يدع مع الله إلها آخر لا برهان به فإنما حسابه عند ربه إنه لا يفلح الكافرون 

“Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain di samping (menyembah) Allah, padahal tidak ada satu dalilpun baginya tentang itu, maka benar-benar balasannya ada pada Tuhannya. Sungguh tiada beruntung orang-orang kafir itu.” (QS. Al-Mu’minun: 117).

Sumber : TIGA LANDASAN UTAMA karya Syaikh Muhammad At-Tamimi.


NASEHAT BAGI WANITA LAJANG

FATWA
ahram.org.eg
Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya:

Saya ingin meminta nasehat dari anda, Fadhilatusy Syaikh, pada satu masalah yang khusus bagi saya dan seluruh teman-teman saya dari kalangan wanita. Ketahuilah bahwa telah ditentukan oleh Allah bagi kami bahwa kami belum memiliki kesempatan untuk menikah, sementara kami telah melalui usia menikah dan mendekati usia lanjut.


Ini bisa diketahui dan bagi Allah segala pujian serta Allah-lah yang menjadi saksi atas perkataan saya ini. Padahal kami memiliki derajad akhlak dan seluruh dari kami telah meraih gelar kesarjanaan. Akan tetapi inilah nasib kami-Alhamdulilah-dan juga sisi materi, inilah yang menyebabkan tidak seorangpun berani untuk melakukan pernikahan dengan kami.

Sungguh keadaan pernikahan di negeri kami dilakukan atas kerja sama antara suami istri dengan pertimbangan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Saya mengharap nasehat dan petunjuk bagi diri saya dan teman-teman.

Jawaban :

Nasehat yang saya sampaikan kepada para wanita yang seperti ini keadaannya yang tertunda untuk menikah-sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh penanya-untuk berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berdo’a dan menundukkan diri kepada-Nya agar Ia berkenan menyiapkan untuk mereka para suami yang diridhai agama dan akhlak mereka. Bila seseorang jujur niatnya di dalam berdo’a dan berusaha menyingkirkan penghalang-penghalang terkabulnya do’a,maka sungguh Allah Ta’ala berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku. (Al Baqarah:186).

“Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (Ghafir:60).

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengurutkan terkabulnya do’a setelah seseorang menyambut panggilan (ajakkan) Allah dan mengimaninya. Maka saya tidak melihat sesuatu yang lebih kuat dibanding sikap berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berdo’a dan tunduk kepada-Nya serta menunggu jalan keluar dengan sabar.

Telah tetap riwayat dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam:
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya pertolongan (kemenangan) disertai dengan kesabaran, kelonggaran itu disertai dengan kesusah



an, dan bersama kesulitan ada kemudahan.”

Bagi para wanita tersebut dan yang seperti mereka keadaannya, mohonlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia memudahkan urusan mereka dan disediakan bagi mereka pria-pria yang shaleh yang menginginkan kebaikkan agama dan dunia mereka. Allahu a’lam. (Fatawa Al Mar’ah hal.58).

( Dinukil dari Fatawa Al-Jami’ah Lil Mar’ah Al-Muslimah Bab Nikah wa Thalaq, Edisi Bahasa Indonesia “Fatwa-Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seputar Pernikahan, Hubungan Suami Istri dan Perceraian, Penerbit Qaulan Karima Purwokerto/ Cet.I ).

NASEHAT BAGI AHLUSSUNNAH

Penulis: Syaikh Muqbil Bin Hadi Al-Wadi’i 

Hendaklah mereka menjauhi sebab-sebab perpecahan dan perselisihan , dimana aqidah Ahlus Sunnah satu dan visi mereka satu, tidak ada pada mereka alas an untuk berpecah dan berselisih kecuali kejahilan, kelaliman, dan syetan. Dalam Shahih Muslim:

“Sesungguhnya syetan telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang ahli shalat di jazirah Arab, hanya saja dengan dia menaburkan benih perpecahan diantara mereka.”

AHLUSSUNNAHHendaklah mereka menjauhi sebab-sebab perpecahan dan perselisihan , dimana aqidah Ahlus Sunnah satu dan visi mereka satu, tidak ada pada mereka alas an untuk berpecah dan berselisih kecuali kejahilan, kelaliman, dan syetan. Dalam Shahih Muslim “Sesungguhnya syetan telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang ahli shalat di jazirah Arab, hanya saja dengan dia menaburkan benih perpecahan diantara mereka.”


Perselisihan itu buruk, sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud sewaktu Utsman mengimami orang-orang shalat di Mina sebanyak empat raka’at, maka Abdullah bin Umar beristirja (yakni mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un) lalu berkata : “Saya telah melakukan shalat bersama Rasulullah sebanyak dua rakaat, bersama Abu Bakar dua rakaat, juga bersama Umar (dua rakaat).”

Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari Ibnu Mas’ud yang berkata: Dahulu Rasulullah meluruskan pundak-pundak kami untuk shalat dan Beliau bersabda:

“Janganlah kalian berbeda-beda, maka hati kalian akan berselisih. Hendaklah yang berada dibelakangku diantara kalian: orang-orang yang dewasa dan berilmu lalu berikutnya lalu yang berikutnya!”

Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shohihnya dari an-Nu’man bin Basyir,ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: 

“Benar-benar kalian akan meluruskan shaf kalian ataukah Allah akan menyelisihkan antara wajah-wajah kalian.”

Dari al-Barra’bin’Azib,ia berkata:”Dahulu Rasulullah menusup-nyusupi shaf dari satu sisi ke sisi lainnya,Beliau meratakan dada dan pundak kami seraya beliau bersabda:

“Janganlah kalian berbeda-beda sehingga qalbu kalian berselisih.” Rasulullah juga bersabda:

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat ber sholawat untuk shaf-shaf pertama”

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad shohih, rijalnya rijal shohih, kecuali Abdurrahman bin Usajah, namun an-Nasaai telah mentsiqohkannya.

Dalam Shohihain dari Ibnu Abbas,ia berkata : Ketika menjelang kematian Nabi sementara dirumah Beliau ada beberapa orang laki-laki termasuk Umar bin al-Khaththab, Beliau bersabda: ”Kemarilah saya akan menuliskan bagi kalian sebuah tulisan yang kalian tidak akan sesat setelahnya”.Umar berkata,”Sesungguhnya Nabi telah merasakan  sakit yang sangat sementara pada kalian ada Al-Qur’an,cukuplah bagi kita Kitabullah.”

Akhirnya orang-orang yang ada dirumah itu berselisih dan bertengkar, di antara mereka ada yang berkata,”Dekatkanlah agar Rasulullah menuliskan buat kalian sebuah tulisan  hingga kalian tidak akan tersesat setelahnya”. Tetapi diantara mereka juga ada yang mengatakan seperti perkataan Umar. Sehingga tatkala mereka sudah sangat gaduh dan berselisih disisi Rasulullah, Beliau bersabda:”Pergilah kalian dariku!”.

’Ubaidullah berkata: Dahulu Ibnu ‘Abbas berkata:”Sesungguhnya bencana, benar-benar bencana apa yang telah menghalangi Rasulullah untuk menuliskan bagi mereka tulisan itu, yakni perselisihan dan kegaduhan mereka.”

Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shohihnya dari ‘Ubadah bun ash-Shamit, ia berkata: Nabi keluar untuk mengabarkan kami tentang Lailatul Qadr.Lalu tiba-tiba ada dua orang kaum muslimin yang bertengkar,maka Rasulullah bersabda: 

“Saya tadinya keluar hendak mengabarkan kalian tentang malam Lailatul Qadr,lalu si fulan dan fulan bertengkar,maka hal itu terangkat {terlupakan}.Semoga itu lebih baik bagi kalian,carilah di kesembilan,ketujuh,dan kelima!”

Muslim meriwayatkan dalam Shohihnya dari Abi Sa’id al-Khudri yang berkata:”Rasulullah beri’tikaf disepuluh hari pertengahan Ramadhan untuk mencari Lailatul Qadar sebelum ditampakkan bagi Beliau. Ketika selesai sepuluh hari pertengahan Ramadhan, Beliau memerintahkan untuk merobohkan bangunan masjid untuk diperbaiki. Setelah itu, ditampakkan bagi beliau bahwa Lailatul Qodr disepuluh terakhir,maka Beliaupun memerintahkan untuk membangunnya, iapun dibangun kembali. Kemudian Beliau keluar menemui orang-orang seraya bersabda:

“Wahai manusia! Sesungguhnya tadi telah ditampakkan kepadaku Laialtul Qadr, serta saya telah keluar untuk mengabarkan kalian tentangnya, namun tiba-tiba datang dua laki-laki yang berpekara, keduanya disertai syetan, sehingga sayapun terlupakan (Lailatul Qadr), maka carilah di sepuluh terakhir Ramadhan!” 

Sampai ucapan Imam Muslim: Ibnu Khallad meriwayatkan ‘Dua laki-laki yang bertengkar’ sebagai pengganti dari ‘dua laki-laki yang berpekara’.

Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abi Tsa’labah al-Khusyani, ia berkata bahwa Umar berkata: Dahulu orang-orang kalau Rasulullah singgah di suatu tempat, merekapun berpencar ke perbagai celah bukit dan lembah, maka Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya berpencarnya kalian di celah-celah bukit dan lembah ini, hanyalah timbul sebab syetan.” 

Maka tidaklah Beliau singgah di suatu tempat setelah itu melainkan semua mereka berkumpul, sehingga diungkapkan (tentang mereka): “Andaikata dihamparkan satu kain untuk mereka maka itu sudah mencukupi.”

Al-Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dari Ali yang berkata: Putuskanlah sebagaimana dahulu kalian putuskan, sebab sesungguhnya saya tidak suka perselisihan, agar manusia menjadi satu jama’ah atau saya wafat sebagaimana wafatnya para shahabatku.”

Kalian –Alhamdulilah- wahai Ahlus Sunnah!
Bukanlah seperti Rawafidh (orang-orang Syiah Rafidhah) yang sebagian mereka mengkafirkan sebagian lainnya, demikian juga para pemimpin Mu’tazilah, sebagian mereka mengkafirkan sebagian lainnya, sebagaimana yang tersebut dalam kitab al-Milal wan Nihal. Adapun Ahlus Sunnah Alhamdulilah-, kebanyakan perselisihan mereka hanya tentang makna kalimat hadits dalam perkara-perkara ibadah yang memang datang dari Peletak syari’at secara beragam atau hanya tentang suatu hadits yang sisi pandang mereka berbeda-beda dalam menshahihkan atau mendhaifkan, dan lain sebagainya dari sebab-sebab perbedaan pendapat yang telah disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah.

Kalian mengetahui wahai Ahlus Sunnah! Kalau para musuh kalian sangat merindukan agar kalian tertimpa bencana….Kalian tahu kalau para musuh Islam tidaklah menakuti selain kalian, sehingga mereka sangat berambisi untuk memecah belah kekuatan persatuan kalian dengan segala macam cara.

Sesungguhnya kewajiban Ahlus Sunnah untuk memiliki kesiapan memberikan solusi bagi semua persoalan dunia, merekalah yang mampu untuk itu dan pantas untuk itu, merekalah orang-orang yang telah Allah beri pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Rasul secara benar.

Sesungguhnya Ahlus Sunnah ternilai sebagai mayoritas penduduk dunia Islam, hanya saja berpecah belahnya mereka, berselisihnya mereka, dan kejahilan masing-masing bangsa tentang ihwal bangsa selainnya telah membuat mereka meleleh dalam pandangan masyarakat dunia. Namun kita benar-benar mengharapkan semoga Allah memberikan taufiq kepada semua yang tegak menda’wahkan Sunnah untuk benar-benar memperhatikan keadaan Ahlus Sunnah serta menutupi kekurangan dan keberadaannya, semoga Allah mengumpulkan kekuatan mereka.

Bukankah kalian wahai Ahlus Sunnah, manusia yang paling pantas dikumpulkan kekuatannya dan disatukan kalimatnya?! Rabbul Izzah berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (Ali-Imran:103).

Nabi bersabda sebagaimana yang tersebut dalam shahihain dari hadits Abi Musa:
“Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana satu bangunan yang sebagiannya menguatkan sebagian lainnya.”

Dan beliau bersabda sebagaimana dalam shahihain dari hadits an-Nukman bin Basyir:
“Perumpamaan kaum mukminin dalam saling cinta dan sayang mereka laksana satu tubuh, jikalau ada satu anggota tubuh yang mengeluh, maka seluruh tubuh ikut merasakan demam dan bergadang.”

Rafidhah menyibukkan dunia dengan khabar beritanya dan menyesatkan banyak manusia, bahkan menghalangi mereka dari menunaikan manasik (ibadah) haji. Dimana manusia telah datang dari segala penjuru yang jauh untuk menunaikan manasik haji dan untuk mengingat Allah di berbagai tempat yang mengandung syiar penuh barokah itu, lalu tiba-tiba keluar Rafidhah melakukan demonstrasi jahiliyah sambil meneriakkan”khomeini…Khomeini….!!”

Maka siapakah yang sanggup untuk menghancurkan perkumpulan macam ini yang melakukan pelanggaran terhadap perintah Allah dan menjadikan haji sebagai syiar anarkhis, kericuhan, dan seruan jahiliyah…? Tidak ada yang sanggup selain Ahlus Sunnah  dengan izin Allah jika kalimat mereka bersatu dan mereka benar-benar sebagai Ahlus Sunnah sejati.
Sesungguhnya kebangkitan Islam yang telah dikehendaki oleh Allah ini membutuhkan perhatian, lalu siapakah yang akan memperhatikannya selain dari Ahlus sunnah?

(Dikutip dari buku terjemah berjudul “Mutiara Nasehat Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’I Kepada Para Penuntut Ilmu dan Salafiyin, Penerbit Pustaka Al-Haura).

KEBUTUHAN MANUSIA KEPADA ILMU AGAMA

Sebagaimana halnya makanan, yang dipergunakan manusia untuk kelangsungan hidup. Karena seandainya keimanan tidak dipupuk dengan ilmu, maka ibarat tanaman menjadi layu bahkan hancur.

Sehingga tidaklah terwujud keberadaan iman seorang kecuali dengan ilmu. Al Imam Ahmad menyatakan : "Manusia sangat membutuhkan ilmu dari sekedar menyantap makanan dan minuman; karena makanan dan minuman dibutuhkan oleh manusia sekali atau dua kali dalam sehari. Sedangkan ilmu ilmu dibutuhkan setiap saat." (Thobaqot Al Hanabilah 1/147)

Bahkan seluruh makhluk Allah sangat butuh kepada ilmu. Karena tidak akan tegak urusan makhluk kecuali dengan ilmu.

Langit-langit dan bumi bisa berdiri kokoh adalah dengan ilmu, begitu pula diturunkannya para rasul dan kitab-kitab-Nya juga dengan ilmu. Serta tidak akan diketahui perkara halal-haram kecuali dengan ilmu.

Oleh karena itu, kewajiban seseorang dalam menuntut ilmu syar'i berlangsung hingga menjelang wafat.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam senantiasa menyampaikan dakwah dan nasehat hingga menjelang wafat beliau.

Diriwayatkan oleh Al Hakim di dalam Mustadraknya dan dia berkata : -di atas syarat dua syaikh- dari hadits Anas radliyallahu'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda : "Dua keinginan yang tidak pernah merasa puas darinya : "Keinginan terhadap ilmu dan tidak pernah merasa puas darinya, dan keinginan terhadap dunia dan tidak pernah merasa puas darinya.

Nabi menjadikan keinginan terhadap ilmu dan tidak pernah merasa puas darinya sebagai komitmen iman dan sifat-sifat kaum mukminin. Oleh karena itu para imam kaum muslimin apabila dikatakan kepada mereka : "Sampai kapan engkau menuntut ilmu?" maka dia mengatakan : "sampai wafat!"

Nu'aim bin Hammad berkata : "Aku mendengar Abdullah ibnul Mubarak radliyallahu'anhu berkata - sekelompok kaum mencelanya karena beliau sering menuntut ilmu hadits.

Maka mereka mengatakan ; "sampai kapan engkau mendegarkan (hadits)? Beliau menjawab : "sampai mati!"

Al Hasan bin Manshur Al Jashshosh berkata : "Aku mengatakan kepada Ahmad bin Hambal radliyallahu'anhu : "Sampai kapan engkau akan menulis hadits?" maka beliau mejawab : "Hingga wafat!"

Abdullah bin Muhammad Al Baghawi berkata : "Aku mendengar Ahmad bin Hambal berkata : "Sesungguhnya aku menuntut ilmu sampai masuk ke liang kubur."

Muhammad bin Isma'il As Shooigh berkata : "Aku tinggal bersama ayahku di Baghdad, kemudian lewat di hadapan kami Ahmad bin Hambal dalam keadaan memegang sandal. Lantas ayahku menarik bajunya, dan berkata : "Wahai Abu Abdillah (panggilan Ahmad bin Hambal), apakah engkau tidak malu! sampai kapan engkau menuntut ilmu? Beliau menjawab : "sampai mati!"

Demikianlah beberapa perkataan para ulama yang menerangkan begitu semangatnya mereka dalam menuntut ilmu. Sehingga mereka mencurahkan waktu dan tenaga untuk meraih lezatnya ilmu.

Sesungguhnya bagi siapa saja yang memahami hikmah dibalik perintah menuntut ilmu tersebut niscaya dia tidak akan pernah menyia-nyiakan waktunya sedikitpun dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dia akan merasa rugi tatkala luput dari manisnya ilmu.

Dia akan memanfaatkan masa sehatnya untuk banyak menimba ilmu sebelum tiba masa sakit. Serta dia akan mengisi waktu hidupnya dengan hal-hal yang mengundang keridhoan Allah Subhanahu wa Ta'ala sebelum ajal tiba.

Begitulah seharusnya cerminan seorang mukmin yang mengharapkan perjumpaan Rabbnya.

Seiring dengan itu, syetan juga tak pernah menyerah untuk menjerumuskan manusia ke lembah kebodohan. Sehingga dengan kebodohan seseorang terhadap ilmu mengakibatkan lemahnya keimanan dan minimnya ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sesungguhnya orang yang bodoh tidak mengetahui hakekat iman dan taqwa. Dan tidak mengetahui pula jalan untuk menuju keselamatan berdasarkan ilmu dan keyakinan yang mantap.

Tentu saja hal ini semakin membuka peluang bagi syetan untuk menggiring orang tersebut kepada kemaksiatan dan kesesatan. Tatkala kebodohan telah merajalela, maka akan meningkat pula kemaksiatan, kriminalitas, cinta kepada dunia yang berlebihan dan takut apabila kematian menjemputnya, dan sebagainya.

Semua Ini merupakan diantara sebab lemahnya kaum muslimin, sehingga Allah menimpakan kehinaan kepada mereka. Rasa gentar yang menghunjam pada jiwa-jiwa musuh-musuh Islam hilang seiring dengan dicabutnya kewibawaan kaum muslimin.

Sehingga musuh-musuh kaum Muslimin tidak segan-segan untuk mengintimidasi dan memberangus persatuan kaum muslimin.

Sementara mayoritas manusia terlena dengan kehidupan dunia yang fana ini dan melupakan akherat yang kekal abadi.

Oleh karena itu diantara sifat-sifat penuntut ilmu yang diajarkan oleh rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam adalah ihklas dalam menuntut ilmu. Sebab dengan keikhlasan ini akan menghantarkan seseorang kepada tingkatan hamba yang sangat butuh kepada ilmu dan membentenginya dari riya' (ingin dipuji oleh orang lain) dan sebagainya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Barangsiapa yang mempelajari ilmu dari apa-apa yang dia cari dengannya wajah Allah Azza wa Jalla. Tidaklah dia belajar kecuali untuk memperoleh bagian dari dunia, maka dia tidak akan mencium wangi syurga pada hari kiamat." (HR Ibnu Majah, Al Muqadimah 1/252 dan Ahmad, Al Musnad 2/338)

Dalam berhias dengan keikhlasan ini juga harus dibimbing dengan ilmu dan tidak cukup dengan modal semangat semata. Sebab berapa banyak orang yang pada awalnya ikhlas dalam melaksanakan amalan, namun tatkala berada di tengah perjalanan mengalami penurunan secara drastis.

Ini semua tidak lepas daripada peran syetan dalam menggoda bani Adam. Syetan berupaya untuk memberikan rasa was-was di dalam diri manusia sehingga memperngaruhi keikhlasan. Oleh karena itu peran ilmu sangat besar terhadap keikhlasan seseorang.

Cukuplah bagi seorang muslim akan berita Allah Subhanahu wa Ta'ala bahwa ilmu merupakan sebaik-baik ganjaran dalam berbuat kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : "Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka.

Demikianlah balasan bagi orang yang berbuat baik, agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan ganjaran yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan." (Az Zumar 33-35). Dan ini menunjukkan dua ganjaran baik di dunia dan akherat.

Al Hasan Berkata : "Barangsiapa yang sangat baik peribadatannya kepada Allah pada masa mudanya, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menganugerahkan hikmah (Ilmu) kepadanya tatkala beranjak dewasa."

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Dan tatkala dia (Nabi Yusuf) cukup dewasa kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah kami memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (Al Ilmu Fadluhu wa Syarfuhu 226-227)

Demikian sifat dan kedudukan ilmu yang sangat mulia sebagai ganjaran yang paling berharga bagi seorang muslim yang ingin menggapainya.

ilmu itu cahaya
karyabuatanku.blogspot.com
Oleh karena itu kebutuhan manusia terhadap ilmu merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jikalau ingin mendapatkan keberuntungan dunia dan akherat maka tempuhlah jalan ilmu syari'at. Sehingga dengan demikian Allah akan mempermudah baginya untuk menuju surga yang diidam-idamkan.

Kita memohon kepada Allah agar dibukakan pintu hati kita dengan taufik dan hidayah-Nya. Sehingga kita senantiasa butuh kepada ilmu yang bermanfaat. Dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa mencurahkan kepada jiwa kita perasaan cukup terhadap nikmat-nikmat yang diberikan-Nya. Amin Yaa Mujibas Saailin.

Sumber : www.DarusSalaf.or.id

SIKAP BURUK PARA PEROKOK

Oleh : Ust. Ghazali Mukhtar ST
       Merokok telah menjadi budaya bagi bangsa Indonesia. Budaya yang buruk lagi memalukan seharusnya. Sehingga lelaki yang tidak merokok biasanya mencukupi syarat untuk dinilai baik di masyarakatnya. Rokok telah menjadi barang yang paling mudah didapati melebihi barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Seolah-olah rokok telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat kita. Sehingga sulit rasanya m
Merokok Membunuhmu
getlinkyoutube.com
encari rumah yang tak punya asbak rokok, bahkan sekalipun anggota keluarga tersebut tidak ada yang merokok. Sulit dijumpai warung, kedai, rumah makan dan tempat-tempat lain yang tidak menjual rokok.
            Padahal bahaya yang dapat ditimbulkan rokok telah banyak diketahui masyarakat. Bahaya-bahaya tersebut bukanlah bahaya yang kecil, bahkan sebagiannya dapat mengakibatkan nyawa melayang. Kangker paru-paru, gangguan jantung, hipertensi, kelainan pada janin, impotensi adalah nama-nama penyakit yang mengerikan yang diakibatkan merokok. Peringatan itu pun tertulis di tempat yang dapat dengan mudah dilihat oleh perokok yaitu di bungkus rokok dan iklan-iklan rokok. Akan tetapi istilah “Tuhan Kecil” bagi rokok untuk para perokok nampaknya ada benarnya. Karena bagi mereka merokok bukan hanya kegiatan yang sakral yang harus mereka penuhi jadwalnya setiap hari tetapi juga hal yang sangat sensitive untuk dibicarakan. Merokok seakan telah menjadi dogma yang tak boleh diperbincangkan tetapi harus diterima walau apapun resikonya. Sebagian para perokok bahkan memilih dilarang makan dari pada tidak diperbolehkan merokok.
            Sebegitu hebatnya kecintaan para perokok di Indonesia ini sehingga mereka bukan saja tak mengindahkan bahaya rokok yang akan menerpa tubuh jasmani mereka. Bahkan mereka tak lagi menghiraukan peri laku buruk yang timbul akibat kebiasaan merokok. Kebiasan-kebiasan yang mengganggu dan merugikan sekeliling mereka. Kebiasan-kebiasan yang mempermalukan diri mereka sendiri. Ketidak pedulian ini mungkin didukung karena kebanyakan orang di lingkungan kita adalah perokok. Seolah-olah berlaku prinsip “keburukan yang dilakukan oleh orang banyak menjadi kebaikan”.
            Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS: Al-Baqarah; ayat: 168).

            Adapun kebiasan-kebiasan buruk para perokok itu diantaranya ialah :

1. Para perokok lebih senang membiarkan dirinya jatuh dalam kebinasaan secara sadar dari pada harus menghentikan kebiasaannya.

2. Para perokok bersikap egois dengan membiarkan lingkungannya rusak karena dirinya. Orang-orang terganggu karena asap yang ditimbulkan. Anak-istri terancam kangker karena menjadi perokok pasif. Bayi-bayi yang lahir membawa penyakit bahkan cacat. Lingkungan menjadi kotor karena puntung rokok berserakan. Seringkali api dari rokok merusak baju orang yang berdekatan dengan perokok. Bahkan kadang puntung rokok bisa menyebabkan kebakaran.

3. Para perokok cenderung merusak kenyamanan fasilitas umum seperti toilet umum, angkot, masjid dan lain-lain.

4. Anak-anak perokok sebagiannya terhenti proses pendidikannya dengan alasan orang tuanya tidak punya uang. Padahal jumlah uang yang dibelanjakan orang tuanya untuk membeli rokok melebihi kebutuhan anaknya sekolah. Rata-rata perokok membelanjakan Rp 400.000,- uangnya sebulan untuk membeli rokok. Sedangkan uang kuliah di Medan masih banyak yang satu jutaan rupiah setahun.

5. Para perokok tidak merasa malu merokok di depan orang banyak. Artinya mereka tidak merasa malu melakukan perbuatan buruk.

6. Banyak orang berkata : “Orang jahat pun tak menginginkan anaknya jadi jahat”. Artinya orang-orang yang tahu bahwa perbuatannya salah tidak ingin melihat anaknya jatuh pada kesalahan yang sama apa lagi meniru perbuatan salahnya. Akan tetapi para perokok mengetahui akibat buruk merokok yang luar biasa, namun mereka membiarkan anak-anak mereka melihat perbuatan buruk mereka yakni merokok. Padahal merokok adalah pintu gerbang menuju narkoba.

7. Para perokok merasa bangga dan senang bisa bersedekah rokok kepada orang lain. Seolah-olah mereka telah berbuat baik kepada orang lain. Sesungguhnya mereka telah berbagi keburukan atau menjerumuskan orang lain. Mereka telah melakukan keburukan dan menajak atau memfasilitasi keburukan pula.

8. Para perokok yang kebetulan menjadi ustadz berperilaku memalukan dengan merokok di dalam mesjid dan di depan jama’ahnya. Bila ditanyakan kepada mereka hukumnya tanpa malu mereka menjawab “haram” atau sebagian besar “makruh”. Seolah-olah hal yang makruh atau haram itu hal yang boleh dibanggakan.

9. Ada juga perokok yang menjadi guru merokok di depan kelas sambil mengancam para muridnya bila kedapatan merokok. Mengatakan dengan lantang bahwa dia sedang berbuat keburukan yang tidak pantas ditiru.

10. Para perokok yang masih pelajar tak kalah buruknya. Mereka bergaya laksana bintang iklan di depan umum dan di dalam angkot-angkot seolah-olah rokok telah menjadikan mereka lebih gagah dari orang yang tidak merokok. Mereka mengejek orang yang tidak merokok dengan menyebutnya sebagai banci. Namun tatkala mereka melihat atau berjumpa dengan orang tuanya seketika mereka lari terbirit-birit atau segera membuang rokonya walau baru sekali hisapan.

11. Para perokok pelajar juga banyak yang menggelapkan uang sekolahnya. Kadang mereka berbagi satu batang rokok. Mereka juga rela meninggalkan jam kelas demi arisan rokok atau bersembunyi di toilet. Dan yang lebih parahnya lagi terkadang mereka mengais puntung rokok yang telah dibuang orang lain.

12. Terakhir dari yang saya ketahui, para penjual rokok pun seharusnya merasa malu. Mereka telah menjual barang yang berakibat buruk bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Mereka menjual rokok kepada anak-anak padahal ada aturan yang melarang menjual rokok kepada anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun. Baik anak itu membeli untuk dirinya atau untuk orang lain.

Demikianlah bahwa setiap yang haram di sisi Allah atau yang dibencinya pasti menimbulkan hal yang buruk bagi diri pelaku maupun lingkungannya. Anadai pun kita belum tahu akibat buruknya itu minimal kita meyakininya bahwa sesuatu yang buruk di sisiNya pasti berakibat buruk pula. Dan untuk orang-orang yang sholeh hendaklah mereka senantiasa mengingatkan umat akan bahaya kebiasan-kebiasan buruk. Apabila sulit bagi kita mengingatkan masyarakat banyak minimal kita mengingatkan orang-orang terdekat kita. Orang-orang yang kita kasihi, orang-orang yang berjasa bagi kehidupan kita, orang-orang yang senantiasa menemani kita dalam mengarungi kehidupan ini, dan terutama orang-orang yang Allah Ta’ala mengamanahkan kepada kita untuk dipimpin, baik di rumah, di kantor atau di masyarakat. 

Firman Allah : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(Q.S: At-Tahrim; ayat : 6)

Firman Allah Ta’ala juga : “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”.(QS: At-Taubah; ayat: 25).

      Di akhir tulisan ini mohon maaf saya mengambil perumpamaan yang buruk, dan tidak ada yang saya inginkan dari perumpamaan ini kecuali kebaikan bagi anda, saya dan kita semua. Orang berkata : “Binatang yang paling buruk adalah babi”. Kenapa? Karena binatang ini memakan segalanya bahkan kotorannya sendiri. Akan tetapi binatang ini tidak mau makan daun tembakau.

Semoga Allah menjadikan kita umat yang mencintai kebaikan dan tidak ada yang kita cintai kecuali kebaikan saja. Amin.


GOLONGAN YANG SELAMAT


 
golongan yang selamat
nu-lampung.or.id
      1. Golongan Yang Selamat ialah golongan yang setia mengikuti manhaj Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dalam hidupnya, serta manhaj para sahabat sesudahnya.

Yaitu Al-Qur'anul Karim yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yang beliau jelaskan kepada para sahabatnya dalam hadits-hadits shahih. Beliau memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepada keduanya:

"Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku.
Tidak akan bercerai-berai sehingga keduanya menghantarku ke telaga (Surga)." (Di-shahih-kan Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami').
 
2.    Golongan Yang Selamat akan kembali (merujuk) kepada Kalamullah dan RasulNya tatkala terjadi perselisihan dan pertentangan di antara mereka, sebagai realisasi dari firman Allah:

"Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibat-nya." (An-Nisaa': 59).

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An-Nisaa': 65).
 
3.    Golongan Yang Selamat tidak mendahulukan perkataan seseorang atas Kalamullah dan RasulNya, realisasi dari firman Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguh-nya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Hujurat: 1).

Ibnu Abbas berkata:

"Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan, 'Nabi Shallallahu'alaihi wasallam  bersabda, sedang mereka mengatakan, 'Abu Bakar dan Umar berkata'."
(HR. Ahmad dan Ibnu 'Abdil Barr).
 
4.    Golongan Yang Selamat senantiasa menjaga kemurnian tauhid.

Mengesakan Allah dengan beribadah, berdo'a dan memohon pertolongan baik dalam masa sulit maupun lapang, menyembelih kurban, bernadzar, tawakkal, berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah dan berbagai bentuk ibadah lain yang semuanya menjadi dasar bagi tegaknya Daulah Islamiyah yang benar. Menjauhi dan membasmi berbagai bentuk syirik dengan segala simbol-simbolnya yang banyak ditemui di negara-negara Islam, sebab hal itu merupakan konsekuensi tauhid. Dan sungguh, suatu golongan tidak mungkin mencapai kemenangan jika ia meremehkan masalah tauhid, tidak membendung dan memerangi syirik dengan segala bentuknya. Hal-hal di atas merupakan teladan dari para rasul dan Rasul kita Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam.
 
5.    Golongan Yang Selamat senang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah, baik dalam ibadah, perilaku dan dalam segenap hidupnya.

Karena itu mereka menjadi orang-orang asing di tengah kaumnya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi:

"Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing." (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan:

"Dan keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang yang (tetap) berbuat baik ketika manusia sudah rusak." (Al-Albani berkata, "Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Amr Ad-Dani dengan sanad shahih").
 
6.    Golongan Yang Selamat tidak berpegang kecuali kepada Kalamullah dan Kalam RasulNya yang maksum, yang berbicara dengan tidak mengikuti hawa nafsu.

Adapun manusia selainnya, betapapun tinggi derajatnya, terkadang ia melakukan kesalahan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu'alaihi wasallam:

"Setiap bani Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat." (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad).
Imam Malik berkata, "Tak seorang pun sesudah Nabi Shallallahu’alaihi wasallam melainkan ucapannya diambil atau ditinggalkan (ditolak) kecuali Nabi Shallallahu'alaihi wasallam (yang ucapannya selalu diambil dan diterima)."
 
7.    Golongan Yang Selamat adalah para ahli hadits.

Tentang mereka Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:

"Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah." (HR. Muslim).

Seorang penyair berkata, "Ahli hadits itu, mereka ahli (keluarga) Nabi, sekalipun mereka tidak bergaul dengan Nabi, tetapi jiwa mereka bergaul dengannya.
 
8.    Golongan Yang Selamat menghormati para imam mujtahidin, tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka.

Golongan Yang Selamat mengambil fiqih (pemahaman hukum-hukum Islam) dari Al-Qur'an, hadits-hadits yang shahih, dan pendapat-pendapat imam mujtahidin yang sejalan dengan hadits shahih. Hal ini sesuai dengan wasiat mereka, yang menganjurkan agar para pengikutnya mengambil hadits shahih, dan meninggalkan setiap pendapat yang bertentangan dengannya.
 
9.    Golongan Yang Selamat menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar.

Mereka melarang segala jalan bid'ah dan sekte-sekte yang menghancurkan serta memecah belah umat. Baik bid'ah dalam hal agama maupun dalam hal sunnah Rasul dan para sahabatnya.
 
10.  Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada sunnah Rasul dan para sahabatnya.

Sehingga mereka mendapatkan pertolongan dan masuk Surga atas anugerah Allah dan syafa'at Rasulullah dengan izin Allah.
 
11.  Golongan Yang Selamat mengingkari peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh manusia apabila undang-undang tersebut bertentangan dengan ajaran Islam.

Golongan Yang Selamat mengajak manusia berhukum kepada Kitabullah yang diturunkan Allah untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Allah Maha Mengetahui sesuatu yang lebih baik bagi mereka. Hukum-hukumNya abadi sepanjang masa, cocok dan relevan bagi penghuni bumi sepanjang zaman.

Sungguh, sebab kesengsaraan dunia, kemerosotan, dan mundurnya khususnya dunia Islam, adalah karena mereka meninggalkan hukum-hukum Kitabullah dan sunnah Rasulullah. Umat Islam tidak akan jaya dan mulia kecuali dengan kembali kepada ajaran-ajaran Islam, baik secara pribadi, kelompok maupun secara pemerintahan. Kembali kepada hukum-hukum Kitabullah, sebagai realisasi dari firmanNya:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Ar-Ra'ad: 11).
 
12.  Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam berjihad di jalan Allah.

Jihad adalah wajib bagi setiap Muslim sesuai dengan kekuatan dan kemampuannya. Jihad dapat dilakukan dengan:

Pertama, jihad dengan lisan dan tulisan: Mengajak umat Islam dan umat lainnya agar berpegang teguh dengan ajaran Islam yang shahih, tauhid yang murni dan bersih dari syirik yang ternyata banyak terdapat di negara-negara Islam. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam telah memberitakan tentang hal yang akan menimpa umat Islam ini. Beliau bersabda:

"Hari Kiamat belum akan tiba, sehingga kelompok-kelompok dari umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sehingga kelompok-kelompok dari umatku menyembah berhala-berhala." (Hadits shahih , riwayat Abu Daud, hadits yang semakna ada dalam riwayat Muslim).

Kedua, jihad dengan harta: Menginfakkan harta buat penyebaran dan peluasan ajaran Islam, mencetak buku-buku dakwah ke jalan yang benar, memberikan santunan kepada umat Islam yang masih lemah iman agar tetap memeluk agama Islam, memproduksi dan membeli senjata-senjata dan peralatan perang, memberikan bekal kepada para mujahidin, baik berupa ma-kanan, pakaian atau keperluan lain yang dibutuhkan.

Ketiga , jihad dengan jiwa:Bertempur dan ikut berpartisipasi di medan peperangan untuk kemenangan Islam. Agar kalimat Allah ( Laa ilaaha illallah) tetap jaya sedang kalimat orang-orang kafir (syirik) menjadi hina. Dalam hu-bungannya dengan ketiga perincian jihad di atas, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam mengisyaratkan dalam sabdanya:

"Perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta, jiwa dan lisanmu." (HR. Abu Daud, hadits shahih).

Adapun hukum jihad di jalan Allah adalah:

Pertama , fardhu 'ain : Berupa perlawanan terhadap musuh-musuh yang melakukan agresi ke beberapa negara Islam wajib dihalau. Agresor-Agresor Yahudi misalnya, yang merampas tanah umat Islam di Palestina. Umat Islam yang memiliki kemampuan dan kekuatan jika berpangku tangan ikut berdosa, sampai orang-orang Yahudi terkutuk itu enyah dari wilayah Palestina. Mereka harus berupaya mengembalikan Masjidil Aqsha ke pangkuan umat Islam dengan kemampuan yang ada, baik dengan harta maupun jiwa.

Kedua, fardhu kifayah: Jika sebagian umat Islam telah ada yang melakukannya maka sebagian yang lain kewajibannya menjadi gugur. Seperti dakwah mengembangkan misi Islam ke negara-negara lain, sehingga berlaku hukum-hukum Islam di segenap penjuru dunia. Barangsiapa menghalangi jalan dakwah ini, ia harus diperangi, sehingga dakwah Islam dapat berjalan lancar.

Sumber :Buku Firqotunnajiah karya Syeikh Muhammad Jamil Jainu
Bagian Kedua
Ebook ini diambil dari kitab Al Firqotun Naajiyah karya Syaikh Muhammad Jamil Zainu dan dicompile dari blogsite www.firqatun-najiyah.co.nr.


 
Copyright © 2015 Kajian Hasan Hamzah Lubis. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger