NASEHAT    KHUTBAH    ADAB    SIROH    FATWA    SYI'AH    BAHASA ARAB    PENYEJUK HATI    DO'A DAN ZIKIR   
Diberdayakan oleh Blogger.

JANGAN TUNDA HINGGA ESOK BAGIAN 2


Seorang hamba mukmin, dia mengerti bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla bisa saja mencabut nyawanya. Dapat saja mengambil jiwanya, ruhnya, kapan saja, maka tentunya dia tidak akan berleha-leha, dia tidak akan santai ria. Dia akan bersegera, berupaya, berusaha, mengejar rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ketahuilah kita hidup di antara dua masa, masa lalu dan masa yang akan datang. Masa lalu tidak dapat kita putar kembali, sementara masa yang akan datang tidak dapat kita tarik, kita bisa mengisi ketiga masa ini, masa lalu kita isi dengan taubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan benar-benar bertaubat, taubatan nashūhā, itulah cara mengisi masa lalu.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:

إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ

"Kecuali yang bertaubat (kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla) kemudian dia mengiringi taubatnya dengan iman dan amal shalih, maka merekalah orang-orang yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla ganti keburukan-keburukan dan dosa-dosa mereka menjadi pahala/kebaikan." (QS Al Furqan: 70).

Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat ini mengatakan, ada dua tafsiran dalam ayat ini:

(1) Tafsiran yang pertama, Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengganti amalan-amalan buruk dia dengan amal shalih.

- Jika dulu dia mencuri, merampas harta orang lain, kemudian setelah bertaubat dia rajin bershadaqah.

- Jika dulu dia bermalas-malasan mengerjakan shalat, setelah taubat dia serius dan sungguh-sungguh melaksanakan shalat dengan khusyuk.

- Jika dulu dia mengabaikan hak-hak orang tuanya, dia durhaka, dia kasar kepada orang tua, maka setelah taubat dia menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.

Jadi Allāh Subhānahu wa Ta'āla ganti perbuatan-perbuatan buruknya menjadi perbuatan-perbuatan baik.


(2) Tafsiran kedua, Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan mengganti tabungan-tabungan dosanya menjadi tabungan pahala.

Itulah cara kita mengisi masa lalu, yaitu dengan bertaubat, taubatan nashūhā kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ

"Bertaubatlah kamu seluruhnya kepada Allāh, wahai orang-orang yang beriman." (QS An Nūr: 31).

Taubatan nashūhā, taubat yang sungguh-sungguh. Itulah cara mengisi masa lalu kita.

Adapun masa yang akan datang, kita isi dengan ber-azam untuk tidak kembali melakukan perbuatan dosa dan maksiat tersebut. Kita sungguh-sungguh menghentikan diri dari perbuatan dosa itu.

Yang lebih berat adalah mengisi dan memanfa'atkan waktu sekarang ini, memanfaatkan waktu untuk beramal shalih pada hari ini, itulah yang sangat berat.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا

"Setiap manusia berangkat di pagi hari, maka ada yang menjual dirinya sehingga membebaskannya atau membinasakannya." (Hadits riwayat Muslim nomor 223).

"Setiap manusia keluar melanjutkan perjalanan hidupnya, dia mempertaruhkan jiwa raganya. Ada yang membebaskan dirinya dari cengkraman dan belenggu syaithan dan ada pula yang melemparkan dirinya kepada kebinasaan, mencelakakan dan membinasakan dirinya sendiri."

Demikianlah, setiap manusia melanjutkan perjalanannya.

لِمَن شَاءَ مِنكُمْ أَن يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ

"Barangsiapa di antara kamu ingin maju atau ingin mundur." (QS Al Muddatstsir: 37).

Kehidupan tidak berhenti, terus berjalan. Hanya saja pilihan ada di tangan kita, apakah kita mau maju atau mau mundur. Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah membeli dari diri-diri orang yang beriman, jiwa dan harta mereka dengan surga.

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ

"Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah membeli orang-orang yang beriman, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka." (QS At Taubah: 111).

Kita tahu bahwa surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla itu sangat mahal, surga tidak bisa terbeli dengan amal ibadah yang kita kumpulkan. Bahkan dengan amal ibadah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sekalipun. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak dapat membeli surga dengan amal ibadahnya. Maka dari itu hendaknya kita bisa menjadi orang-orang yang membebaskan diri kita dari api neraka dan meraih surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Beramallah hari ini !

Jika kamu mendapati pagi hari, jangan tunggu sore hari.

Jika kamu mendapati sore hari, jangan tunggu pagi hari.

Segeralah beramal, jangan tunda-tunda beramal.

Sungguh, waktu ini adalah kesempatan yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada kita.


Abdullāh bin 'Umar radhiyallāhu 'anhumā mengatakan:

إِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِالْمَسَاءِ وَإِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِالصَّبَاحِ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

"Jika kamu mendapati pagi hari, maka jangan kau bisikan pada dirimu (bisa peroleh) sore hari dan jika kamu mendapati sore hari, maka jangan kau bisikan pada dirimu (bisa peroleh) pagi hari. Manfa'atkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu dan manfa'atkanlah masa hidupmu sebelum datang ajal kematianmu." (Hadits riwayat Tirmidzi nomor 2333).

Waktu adalah suatu nikmat yang sangat berharga. Sungguh celaka dan binasalah, merugilah orang-orang yang menyia-nyiakan waktunya.

وَالْعَصْرِ (١)  إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر

"Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, saling memberi nasihat di atas kebenaran dan saling berwasiat di atas kesabaran." (QS Al 'Ashr: 1-3).

Demikianlah sahabat yang berbahagia, coba tanya kepada diri kita, apa yang sudah kita lakukan pada hari ini?

Amal shalih apa yang sudah kita lakukan pada hari ini ? 
Apakah hari ini kita lebih baik daripada hari kemarin ?

Teruslah berusaha.

احرص على ما ينفعك

"Berusalah untuk meraih apa-apa yang bermanfaat bagimu."

Jadilah manusia yang terbaik bagi orang lain.

خيرُ الناسِ أنفعُهم للناسِ

"Sebaik baiknya manusia adalah manusia yang paling bermanfa'at bagi manusia lainnya." (HR Ahmad, Ath Thabrani, Ad Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh Al Albani di dalam Shahihul Jami’ nomor 3289).

Demikianlah, mudah-mudahkan pesan yang singkat ini menggugah perasaan kita semua, hati kita semua. Dan mendorong kita untuk berlomba-lomba untuk beramal shalih, meraih surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla mudahkan jalan kita semua menuju surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan menjadikan kita hamba-hamba yang beruntung, hamba-hamba yang bahagia, mendapatkan kebaikan di dunia dan kebahagian nantinya di akhirat.

Wabillahit taufiq wal hidayah
Waasalamu 'alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

sumber :
🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 12 Jumadal Akhir 1438 H / 11 Maret 2017 M
👤 Ustadz Abu Ihsan Al-Maidany, MA
📔 Materi Tematik | JANGAN TUNDA HINGGA ESOK (Bagian 2 dari 2)
⬆ Link audio: bit.ly/BiAS-AI-JanganTundaHinggaEsok-02
🌐 https://yufid.tv/3759-jangan-tunda-hingga-esok-ustadz-abu-ihsan-al-maidany-ma.html

JANGAN TUNDA HINGGA ESOK BAGIAN 1

Sudahkan anda beramal hari ini?


Sungguh, ini adalah hari yang kita miliki. Hari ini adalah hari yang kita miliki, esok belum tentu kita miliki. Adapun masa-masa atau hari-hari yang telah berlalu, tidak dapat kita putar kembali.

Satu pepatah mengatakan:

 ما فات حلم والمؤمل غيب ولك الساعة التي أنت فيها

"Apa yang sudah berlalu tinggallah kenangan, sementara asa dan cita-cita masih dalam impian, namun manfaatkanlah waktu yang ada pada dirimu sekarang."

Sungguh Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

▪Memberikan kita nikmat, nikmat kelapangan waktu,
▪Memberikan kita satu kesempatan untuk beramal shalih pada hari ini.

Maka jangan tunda-tunda hingga hari esok. Bersegeralah kita mendapatkan ampunan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Bersegeralah kita menuju jannah yang luasnya seluas langit dan bumi.

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Bersegeralah untuk meraih ampunan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." (QS Ali Imrān: 133).

Bersegeralah, berlomba-lombalah, cepatlah untuk meraih ampunan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Maka ciri orang yang bertakwa adalah benar-benar memanfaatkan waktunya, tidak menyia-nyiakan kesempatan, tidak menyia-nyiakan waktu yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah berikan kepadanya.

Sungguh, jadilah manusia hari ini karena esok belum tentu kita menjadi manusia. Mungkin kita sudah menjadi bangkai ataupun mayat, tidak ada kesempatan bagi kita untuk beramal shalih. Maka jangan tunda-tunda amal shalih.

Ketahuilah bahwa "taswīf" (تسويف) adalah penyakit yang berasal dari syaithan. Syathan menghembuskan was-was ke dalam hati manusia untuk selalu bertaswīf, yaitu mengatakan "saufa wa saufa" (سوف و سوف) , nanti dan nanti. Sementara esok belum tentu kita miliki.

Abdullāh bin 'Umar radhiyallāhu 'anhumā mengatakan:

إِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِالْمَسَاءِ وَإِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِالصَّبَاحِ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

"Jika kamu mendapati pagi hari, maka jangan tunggu sore hari dan jika kamu mendapati sore hari, maka jangan tunggu hingga pagi hari. Ambillah (pergunakanlah) masa-masa sehatmu sebelum datang masa-masa sakit dan pergunakanlan masa hidupmu sebelum datang ajal kematian." (Hadits riwayat Tirmidzi nomor 2333).

Sungguh Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah memberikan kepada kita satu kesempatan yang sangat berharga untuk beramal shalih. Pagi hari kita bangun, matahari terbit, kita membuka mata kita, Allāh Subhānahu wa Ta'āla masih berkenan mengembalikan ruh kita kepada jasad kita.

Kita pun mengucapkan:



 الْحَمْدُ لله الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

"Segala puji bagi Allāh yang telah menghidupkan kami setelah kematian kami dna kepadaNya lah kami dikembalikan." (Hadits riwayat Bukhari nomor 7394).

Maka, hendaklah nikmat kehidupan yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada kita dapat kita manfaatkan sebaik-baiknya. Jangan menunda-nunda amal shalih, berlomba-lombalah untuk meraih surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla, karena untuk urusan masuk surga, kita tidak boleh berlambat-lambat, kita harus berlomba-lomba.

Jika ada yang mengajak kita berlomba-lomba dalam urusan dunia, ajaklah dia berlomba-lomba dalam urusan akhirat. Dalam urusan akhirat, kita harus melihat orang-orang yang di atas kita, agar timbul semangat, tumbuh semangat, muncul semangat dalam diri kita untuk berlomba-lomba untuk menyamainya, bahkan untuk lebih darinya. Adapun untuk urusan-urusan dunia, maka lihatlah kepada orang-orang yang berada di bawah kita. Supaya kita dapat mensyukuri, betapa besar nikmat yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada kita.

Lihat banyak orang yang tergeletak sakit, sementara Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kepada kita kesehatan, di sana banyak orang-orang miskin yang tidak mendapat kesempatan untuk makan, sementara kita dapat mencicipi makanan. Ini merupakan satu nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang diberikan kepada kita.

Maka dalam urusan-urusan dunia, lihat orang-orang yang berada di bawah kita, agar tumbuh/muncul rasa syukur pada diri kita, mensyukuri nikmat-nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang sangat banyak, jika kita hitung, niscaya tidak akan terhitung.

وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya, sesungguhnya Allâh benar-benar Maha Pengampun dan Maha Penyayang." (QS An Nahl: 18).

Maka jadilah manusia pada hari ini. Segeralah hari ini kita beramal. Kita mengerjakan shalat dengan khusyuk. Kita bershadaqah mengeluarkan sebagian dari harta kita. Jangan tunda-tunda esok, karena hari esok belum tentu kita miliki. Belum tentu kita mendapati hari esok, maka pergunakanlah masa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada kita pada hari ini.

Banyak orang-orang yang menunda shadaqah. Dia berniat shadaqah, namun dia mengatakan:

"Wah besok, besok saya akan bershadaqah."

Ternyata ketika tiba hari esok, niat dan keinginan untuk bershadaqah itu tidak seperti kemarin. Ternyata dia punya kepentingan lain, dia punya rencana lain, dia punya cita-cita lain, sehingga terabaikanlah, teralihkanlah, niat untuk bershadaqah itu dan tidak jadi dia lakukan. Tidak jadi dia keluarkan shadaqahnya. Banyak sekali hal-hal yang akan mengganggu hati kita yang membuat kita beralih dari satu perkara kepada perkara yang lainnya.

Demikianlah hati manusia, senantiasa dibolak-balikkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ

"Sesungguhnya hati seluruh anak Adam itu di antara dua jari dari jari-jari Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dibolak-balikkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla menurut kehendaknya." (Hadits riwayat Muslim nomor 2654).

Maka apabila kita mempunyai keinginan untuk beramal shalih pada hari ini, bersegeralah beramal shalih. Jika kita mempunyai niat untuk bershadaqah pada hari ini, bersegeralah bershadaqah. Jika kita ingin berbuat kebaikan pada hari ini, membantu saudara kita, meringankan bebannya, lakukanlah pada hari ini. Jangan tunggu hari esok, karena hari esok belum tentu milik kita.

 Sumber :
🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 11 Jumadal Akhir 1438 H / 10 Maret 2017 M
👤 Ustadz Abu Ihsan Al-Maidany, MA
📔 Materi Tematik | JANGAN TUNDA HINGGA ESOK (Bagian 1 dari 2)
⬆ Link audio: bit.ly/BiAS-AI-JanganTundaHinggaEsok-01
🌐https://yufid.tv/3759-jangan-tunda-hingga-esok-ustadz-abu-ihsan-al-maidany-ma.html

Hukum Musik


Pertanyaan:


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

"Ustadz, maaf saya mau bertanya, apakah musik itu haram atau halal? dan apabila halal atau haram seperti apakah musik yang halal atau haram tersebut?

Dan alat musik apa saja yang di halalkan atau diharamkan?"

(Dari Hamba Allah Anggota Grup WA Bimbingan Islam)




Jawaban:

وعليكم السلام ورحمة الله وبر كاته

Menurut ulama Syafi’iyah, MUSIK itu HARAM.

Alat musik juga adalah alat yang HARAM pemanfaatannya, termasuk diperjualbelikan adalah HARAM. Artinya, upah yang dihasilkan adalah upah yang HARAM.

Syaikh Muhamamd bin Shalih Al Utsaimin ditanya:

"Apa hukum mendengarkan musik dan lagu? Apa hukum menyaksikan sinetron yang di dalamnya terdapat para wanita pesolek?"

Beliau menjawab:

"Mendengarkan musik dan nyanyian adalah haram dan tidak disangsikan keharamannya.'

Telah diriwayatkan oleh para shahabat dan salaf shalih bahwa lagu bisa menumbuhkan sifat kemunafikan di dalam hati. Lagu termasuk perkataan yang tidak berguna. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS Luqman : 6).

Ibnu Mas’ud dalam menafsirkan ayat ini berkata: “Demi Allah yang tiada tuhan selain-Nya, yang dimaksudkan adalah lagu.”

Penafsiran seorang sahabat merupakan hujjah dan penafsirannya berada di tingkat tiga dalam tafsir,.

Karena pada dasarnya tafsir itu ada tiga:

1.  Penafsiran Al Qur’an dengan ayat Al Qur’an.

2. Penafsiran Al Qur’an dengan hadits.

3.  Penafsiran Al Qur’an dengan penjelasan shahabat.

Bahkan sebagian ulama menyebutkan bahwa penafsiran shahabat mempunyai hukum rafa’ (dinisbatkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), namun yang benar adalah bahwa penafsiran sahabat tidak mempunyai hukum rafa’, tetapi memang merupakan pendapat yang paling dekat dengan kebenaran.

Mendengarkan musik dan lagu akan menjerumuskan kepada suatu yang telah diperingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya: “Akan ada suatu kaum dari umatku menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat musik.” (Hadits Riwayat Bukhari dari hadits Abu Malik Al Asy’ari atau Abu Amir Al Asy’ari).

Maksudnya, menghalalkan zina, khamr, sutera. Padahal ia adalah lelaki yang tidak boleh menggunakan sutera, dan menghalalkan alat-alat musik.

Tentang alat musik, dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Syarh Al Minhaj karya Ibnu Hajar Al Haitami disebutkan:

 طُنْبُورٍ وَنَحْوِهِ مِنْ آلَاتِ اللَّهْوِ وَكُلِّ آلَةِ مَعْصِيَةٍ كَصَلِيبٍ وَكِتَابٍ لَا يَحِلُّ الِانْتِفَاعُ بِهِ

“Thunbur dan alat musik semacamnya, begitu pula setiap alat maksiat seperti salib dan kitab (maksiat), tidak boleh diambil manfaatnya.”

Jika dikatakan demikian, berarti alat musik tidak boleh dijualbelikan. Jual belinya berarti jual beli yang tidak halal.

Dalam kitab karya Al Khatib Asy Syarbini yaitu Mughni Al Muhtaj disebutkan:

 وَآلَاتُ الْمَلَاهِي كَالطُّنْبُورِ لَا يَجِبُ فِي إبْطَالِهَا شَيْءٌ ؛ لِأَنَّ مَنْفَعَتَهَا مُحَرَّمَةٌ لَا تُقَابَلُ بِشَيْءٍ

“Berbagai alat musik seperti at thunbuur tidak wajib ada ganti rugi ketika barang tersebut dirusak. Karena barang yang diharamkan pemanfaatannya tidak ada kompensasi sama sekali ketika rusak.”

Perkataan beliau ini menunjukkan bahwa alat musik adalah alat yang haram. Konsekuensinya tentu haram diperjualbelikan.

Dalam kitab Kifayatul Akhyar penjelasan dari Matan Al Ghayah wat Taqrib (Matan Abi Syuja’) halaman 330, karya Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad Al Husaini Al Hushniy Ad Dimasyqi Asy Syafi’i, ketika menjelaskan perkataan Abu Syuja’, bahwa di antara jual beli yang tidak sah (terlarang) adalah jual beli barang yang tidak ada manfaatnya.

Syaikh Taqiyuddin memaparkan bahwa jika seseorang mengambil harta dari jual beli seperti ini, maka itu sama saja mengambil harta dengan jalan yang batil.

Dalam perkataan selanjutnya, dijelaskan sebagai berikut:

وأما آلات اللهو المشغلة عن ذكر الله، فإن كانت بعد كسرها لا تعد مالاً كالمتخذة من الخشب ونحوه فبيعها باطل لأن منفعتها معدومة شرعاً، ولا يفعل ذلك إلا أهل المعاصي

“Adapun alat musik yang biasa melalaikan dari dzikirullah jika telah dihancurkan, maka tidak dianggap lagi harta berharga seperti yang telah hancur tadi berupa kayu dan selainnya, maka jual belinya tetap batil (tidak sah) karena saat itu tidak ada manfaatnya secara syar’i. Tidaklah yang melakukan demikian kecuali ahlu maksiat.”

Allahu a’lam..
Wabillahit taufiq...

Sumber : 
🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 28 Jumadal Ūla 1438 H / 25 Februari 2017 M
👤 Ustadz Abul Aswad Al-Bayati
📔 Materi Tematik |
Hukum Musik
🌐 Sumber: HTTP://WWW.BIMBINGANISLAM.COM/KONSULTASI/27-FIQIH/188-HUKUM-MUSIK

Kenikmatan Memandang Wajah Ar Rohman


Ingatkah kita ketika pertama kali memiliki anak.

Memandangnya terasa sangat nikmat, lucu, menggemaskan, membahagiakan, mengukir senyuman, wajah dan tingkah polahnya senantiasa terngiang.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa makhluk terindah kala itu yang selalu ingin kita pandang adalah anak pertama kita.

Demikianlah keadaan dunia, Allāh Subhānahu wa Ta'ālā menancapkan rasa cinta di hati kita kepada anak.

Banyak orang membiarkan rasa cinta kepada anak ini tumbuh liar tanpa batas dan kendali.

Seolah ia adalah segala-galanya, ia akan mengorbankan apapun demi untuk bisa selalu bersama si buah hati yang lucu.

Hingga ada yang meninggalkan pengajian agar bisa bercanda dengannya.

Namun hamba Alloh yang bijak, akan selalu mengendalikan rasa cinta itu.

Ia sadar di sana ada Zat yang jauh lebih indah, yaitu Zat yang menciptakan keindahan, Zat yang lebih berhak dicintai dan ditaati melebihi segala-galanya.

Dan memandangnya jauh lebih nikmat dari sekedar memandang anak.

Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah berkata :

وَيَرُونَهُ سُبْحَانَهُ مِنْ فَوقِهِمْ ** نَظَرَ العِيَانِ كَمَا يُرَى القَمَرانِ

هَذَا تَوُاتَرَ عن رَسُوْلِ اللهِ لم ** يُنْكِرُهُ إلا فَاسِدُ الإيمان

وَأَتَى بِهِ القُرّآنُ تَصْرِيَحاً وَتَعْـ ** ـريْضاً هُمَا بسِيَاقِهِ نَوْعَانِ

وَهِيَ الزِيادَةُ قَدْ أَتَتْ فِي يُونُسٍ ** تَفْسِيرَ مَنْ قَدْ جَاءَ بِالقُرّآنِ

وَهِيَ المَزْيِدُ كَذَاكَ فَسَرَهُ أَبُو ** بَكْرٍ هُوَ الصِدْيِقُ ذُوْ الإيمان

وعَلَيْهِ أَصْحَابُ الرَّسُولِ تَتَابَعُو ** هُمْ بَعْدَهُمْ تَبَعِيَةَ الإحْسَان

Orang-orang beriman kan melihat Allāh Subhānahu wa Ta'ālā kelak di atas mereka * Mereka melihat dengan jelas sebagaimana melihat matahari dan bulan.

Ini adalah khabar mutawatir tanpa keraguan berasal dari rasulullah * Tiada yang mengingkarinya melainkan orang yang telah rusak imannya.

Dan Al Quran pun datang mengabarkannya dengan tersirat * Maupun tersurat dengan dua cara.

Dan memandang Allah ini merupakan tambahan nikmat sebagaimana tersebut dalam surat Yunus * Dengan penafsiran sang pemikul Al Quran.

Ia pula tambahan nikmat sebagaimana penafsiran Abu Bakar * Penyandang gelar Ash Shidiq sang pemilik keimanan.

Itu pulalah ajaran para sahabat rasul yang diikuti * Oleh generasi setelahnya dengan apik serta indah.

(Qasidah Nuniyah Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah : 1/341).

Sumber :
🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 26 Jumadal Akhir 1438 H / 25 Maret 2017 M
👤 Ustadz Dwi Jarwanto BA
📘 Materi Tematik
🔊Kenikmatan Memandang Wajah Ar Rohman
⬇ Download Audio : http://bit.ly/BiAS-DJ-Tmk-KenikmatanMemandangWajahArRahman

AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 05


Ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh, 

Ada sebagian dari saudara-saudara kita yang salah memaknai bulan Rajab ini ataupun salah dalam memuliakan bulan Rajab ini, yaitu dengan mengadakan beberapa ritual ibadah yang kalau kita pelajari, kita merujuk kepada kitab-kitab para ulama, kepada ucapan-ucapan para ulama ahlus sunnah waljama'ah, ucapan-ucapan ulama terdahulu, maka akan kita dapati itu adalah ibadah-ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ritual yang keempat yang berkaitan dengan bulan Rajab yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin:

(4) Menyebarkan doa atau doa-doa khusus.

Diantaranya menyebarkan doa:

اللهم بارك لنا في رجب و شعبان و بلغنا رمضان

(Ya Allāh, berkahilah untuk kami bulan Rajab, bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan)

Kata para ulama, doa ini tidak ada asal-usulnya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Haditsnya tidak shahih, tidak boleh dikhususkan di bulan-bulan seperti ini. 

Maka kita beritahukan, bahwa tidak boleh mengkhususkan doa seperti itu.

Karena mengkhususkan ibadah pada waktu tertentu yang khusus membutuhkan dalil yang khusus yang shahih yang dijadikan pegangan, karena kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam: 

 مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّا

"Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka siapkanlah tempat tinggalnya di dalam neraka."

Syaikh Utsaimin rahimahullāh mengatakan yang berkaitan dengan doa tersebut:

"Hadits yang dhaif, mungkar, tidak shahih dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Oleh karena itu tidak layak bagi seorang muslim muslimah untuk berdoa dengan doa ini, karena itu tidak shahih dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam."

Kata beliau:

"Aku katakan seperti ini, karena sebagian orang yang suka menasihati dan tazkiyatun nufus mambawakan hadits seperti ini, padahal haditsnya tidak shahih."

Ini adalah peringatan bagi kita supaya tidak mengkhususkan doa atau dzikir tertentu di waktu tertentu atau tempat tertentu, kecuali ada dalil yang shahih dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ritual yang kelima yang berkaitan dengan bulan Rajab yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin:


(5) Peringatan Isra' Dan Mi'raj.

Ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh.

Wajib untuk kita yakini bahwasanya peristiwa Isra' dan Mi'raj adalah merupakan salah satu mukjizat terbesar Nabi kita Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam. Bahkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menurunkan ayat yang berbunyi:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ 

"Maha suci Allāh yang memperjalankan hambanya (Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam) pada malam hari dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha yang kami berkahi sekitarnya."(QS Al Isra': 1).

Peristiwa Isra' dan Mi'raj ini wajib kita yakini. Merupakan salah satu kejadian yang luar biasa dan kata para ulama banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari peristiwa tersebut.

Akan tetapi kebanyakan manusia lebih suka merayakan perayaannya karena ada makanan dan hiburannya daripada mengambil pelajaran atau makna yang terkandung di dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj tersebut.

Berapa banyak orang yang mengatakan bahwa dirinya panitia perayaan Isra' dan Mi'raj tetapi tidak pernah shalat lima waktu atau bolong-bolong atau tidak shalat di masjid untuk lima waktu tersebut. 

Padahal inti dari Isra' dan Mi'raj adalah shalat lima waktu yang diwajibkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada Nabi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bahkan lebih dari itu, mereka yang setiap tahunnya merayakan Isra' dan Mi'raj, mengeluarkan banyak biaya, waktu dan tenaga, mereka lupa bahwasanya ada aqidah yang mereka tidak memahaminya yang menyelisihi aqidah mereka. 

Mereka tidak meyakini bahwasanya Allāh di atas langit, sedangkan mereka mengatakan Allāh ada di mana-mana, padahal kemana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dimi'rajkan di mana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berdialog dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla? 

Mereka tidak memikirkannya, tidak merenungkannya, tidak mempelajarinya, tidak mengambil manfa'at dari peristiwa Isra' dan Mi'raj tersebut. 

Ini adalah musibah. Mereka yang paling getol merayakannya, namun lupa inti dari peristiwa Isra' dan Mi'raj tersebut.

Demikian pula aqidah yang bisa dipetik dari peristiwa Isra' dan Mi'raj yaitu sifat Al Kalam bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla, bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla memiliki sifat berbicara dengan siapa yang Dia kehendaki. Dengan suara yang didengar dan dengan huruf yang bisa ditulis. 

Sekali lagi, bahwasanya peristiwa Isra' dan Mi'raj adalah peristiwa yang sangat besar yang wajib kita meyakininya.

Dan itu termasuk ujian bagi kita semuanya. Karena di dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj ada hal-hal yang luar biasa yang terkadang akal tidak bisa mencapainya. 

Bahkan itu pula yang dikisahkan dalam sejarah, bagaimana orang musyrikin, mereka mendustakan kabar Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang peristiwa Isra' dan Mi'raj.

Abu Bakar Ash Shiddik orang yang pertama kali mengimani peristiwa tersebut, kata beliau:

"Jika yang mengatakannya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam maka aku mempercayainya, masuk akal ataupun tidak masuk akal."

Ini juga adalah pelajaran yang berharga, bahwasanya syariat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kabar dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla terkadang menjadi ujian bagi akal kita. Orang yang beriman menundukkan akalnya kepada Iman kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bagaimana dalam waktu yang sangat singkat dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha, dari masjidil Aqsha ke langit ke tujuh. Kemudian mendapati peristiwa-peristiwa yang luar biasa. 

Itu semuanya menunjukkan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla 'alā kulli syai-in qadīr. Dan bahwasanya akal manusia sangat sempit tidak bisa meliputi segalanya.

 وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلً 

"Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (QS Al Isra': 85).

Maka dari situ pelajaran yang sangat berharga, jangan menuhankan akal. Akal kita terbatas, tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur. 

Akal harus ditundukkan dengan An Naql (Qurān dan Sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam).

Sumber :
🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 03 Rajab 1438 H / 31 Maret 2017 M
👤 Ustadz Abdurrahman Thayyib, Lc
📔 Materi Tematik | Amalan Di Bulan Rajab Dan Puasa Rajab (Bagian 5 dari 6) 
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AT-AmalanRajab-05
🌐 Sumber: https://youtu.be/mQZIVI9H4Qc

AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 04


Ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh, 

Ada sebagian dari saudara-saudara kita yang salah memaknai bulan Rajab ini ataupun salah dalam memuliakan bulan Rajab ini, yaitu dengan mengadakan beberapa ritual ibadah yang kalau kita pelajari, kalau kita merujuk kepada kitab-kitab para ulama, kepada ucapan-ucapan para ulama ahlus sunnah waljama'ah, ucapan-ucapan ulama terdahulu, maka akan kita dapati itu adalah ibadah-ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ritual yang kedua yang berkaitan dengan bulan Rajab yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin:

(2) Puasa di bulan Rajab

"Barang siapa puasa sehari maka laksana puasa satu tahun, barang siapa puasa tujuh hari maka ditutup pintu-pintu neraka jahannam, barangsiapa puasa delapan hari maka dibuka pintu delapan surga, barangsiapa puasa sepuluh hari maka akan dikabulkan segala permintaannya, kemudian barangsiapa mengingatkan kepada orang lain tentang ini, seakan ibadah delapan puluh tahun."

Ini menurut para pelakunya.

Maka kita jawab dengan ucapan-ucapan para ulama, diantaranya:

1. Ibnu Hajar Atsqalani rahimahullāhu ta'āla, mengatakan secara umum tentang puasa di bulan Rajab:

"Tidak shahih satu hadits pun yang berkaitan dengan keutamaan bulan Rajab ataupun keutamaan tentang puasa khusus Rajab ataupun hadits yang berkaitan dengan shalat malam khusus di bulan Rajab."

2. 'Umar bin Khaththāb Radhiyallāhu 'anhu, dahulu memukul telapak tangannya manusia atau menempelkan tangannya manusia agar mau makan dibulan Rajab agar mereka tidak mengkhususkan bulan Rajab dengan puasa tertentu, seraya mengatakan: "Jangan kalian menyamakannya dengan bulan Ramadhan".

Bahkan dalam riwayat lain dikatakan:

"Makanlah pada bulan Rajab itu, karena itu adalah bulan yang dahulu diagung-agungkan dikeramatkan oleh orang-orang musyrik jahiliyah."

Maka untuk menyelisihi mereka, tidak ada syariatnya untuk melaksanakan puasa khusus di bulan Rajab, jika mau puasa silahkan puasa seperti biasanya (biasa dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya) sunnah Senin dan Kamis. Jangan mengkhususkan karena bulan Rajab. 

Bukan berarti melarang ibadah di bulan Rajab. Silahkan ibadah, namun dengan ikhlash dan mengikuti sunnah, jangan dikaitkan dengan keutamaan khusus di bulan Rajab karena tidak ada dalil yang shahih tentangnya.

Ritual yang ketiga yang berkaitan dengan bulan Rajab yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin:

(3) Umrah atau ziarah kota Madinah yang dinamakan ziarah atau umrah ar rajabiah

Jika kita datang ke kota Madinah atau ke Mekkah pada bulan-bulan seperti ini mungkin lebih banyak daripada bulan-bulan lainnya. Karena sebagian kaum muslimin mengira bahwasanya umroh di bulan Rajab keutamaannya melebihi daripada umroh di bulan Ramadhan. 

Padahal Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengutamakan umrah di bulan Ramadhan dibandingkan umrah di bulan lainnya, namun sebagian mereka tidak, justru lebih mengutamakan umrah bulan Rajab.

Kata para ulama tidak ada dasarnya sama sekali, bahkan kata 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā: "Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah umrah di bulan Rajab."

Ini bukan berarti kita tidak boleh umrah di bulan Rajab, silahkan namun jangan meyakini adanya kekhususan keutamaan tertentu umrah di bulan Rajab. Silahkan umrah kapan saja bulan apa saja, namun tidak boleh meyakini mengkhususkan umrah bulan Rajab.

Demikian pula ziarah kota Madinah, silahkan ziarah kapan saja bulan apa saja, namun tidak boleh meyakini mengkhususkan ziarah dibulan Rajab.

Sumber : 
🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 02 Rajab 1438 H / 30 Maret 2017 M
👤 Ustadz Abdurrahman Thayyib, Lc
📔 Materi Tematik | Amalan Di Bulan Rajab Dan Puasa Rajab (Bagian 4 dari 6) 
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AT-AmalanRajab-04
🌐 Sumber: https://youtu.be/mQZIVI9H4Qc

AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 03


Ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh, 

Ada sebagian dari saudara-saudara kita yang salah memaknai bulan Rajab ini ataupun salah dalam memuliakan bulan Rajab ini. 

Yaitu dengan mengadakan beberapa ritual ibadah yang kalau kita pelajari, kita merujuk kepada kitab-kitab para ulama, kepada ucapan-ucapan para ulama ahlus sunnah waljama'ah, ucapan-ucapan ulama terdahulu, maka akan kita dapati itu adalah ibadah-ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Diantara ibadah tersebut, antara lain:

(1) Shalat Ar Raghaib

Shalat ar raghaib biasanya mereka (sebagian kaum muslimin) melakukan pada malam jum'at pertama di bulan Rajab. 

Caranya yaitu shalat sebanyak duabelas raka'at, pada setiap raka'at membaca Al Fatihah satu kali, Al Qadr tiga kali, Al Ikhlash duabelas kali. Setiap dua raka'at salam. Setelah salam membaca shalawat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tujuhpuluh kali dan seterusnya. Kemudian sujud diluar shalat, kemudian membaca apa lagi, kemudian sujud lagi, kemudian menurut mereka berdoa meminta apapun akan dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Makanya dikatakan shalat ar raghaib yaitu dari kata ar raghbah artinya semua permintaan akan dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sekali lagi:

عرفت الشر لا للشر

"Aku mengetahui kejelekan bukan untuk melakukan kejelekan tersebut."

Ini hanya supaya kita tahu, bahwa ini adalah shalat yang tidak ada dalil yang shahih tentangnya. Dalilnya ada, namun dhaif, bahkan dikatakan oleh para ulama bahwa haditsnya maudhu palsu.

Ada riwayat yang mengatakan: 

"Tidaklah seseorang puasa hari Kamis pertama pada bulan Rajab, kemudian dia shalat antara maghrib dan shalat sebanyak 12 rakaat, membaca Al Fatihah satu kali, membaca Al Qadr tiga kali dan Al Ikhlash duabelas kali. Setiap dua rakaat salam." 

"Setelah selesai shalat bershalawat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sebanyak tujuhpuluh kali. Kemudian membaca Allāhumma shali 'alā Muhammad anNabiyyi ummi, kemudian sujud."

"Kemudian pada waktu sujud membaca shubbuhun quddusun rabbuhun malāikatu warrūh sebanyak tujuhpuluh kali."

"Kemudian mengangkat kepalanya dan membaca rabbighfir warham watajawwaz amma ta'lam innaka antal a'dham, sebanyak tujuhpuluh kali."

Sebagian ulama mengatakan ini adalah tatacara yang nyeleneh dan memang haditsnya tidak shahih. Ini adalah shalat raghaib, namun para ulama mengatakan dalilnya tidak shahih, haditsnya dhaif bahkan maudhu.

Kita akan sampaikan nanti ucapan-ucapan para ulama. Jadi jika orang berdalil seperti ini, sampaikan bahwa para ulama ahlus sunnah wal jama'ah, ulama hadits men-dhaifkan hadits, melemahkan, bahkan mengatakan bahwa hadits itu palsu.

Al Imam ibnul Jauzi dalam kitabnya almaudhuat, beliau mengatakan:

"Ini adalah hadits yang palsu".

Demikian pula Imam Ibnul Qayyim rahimahullāh dalam kitab Al Manarul Munīf, beliau mengatakan:

"Demikian pula semua hadits-hadits tentang shalat raghaib semuanya dusta dan semuanya palsu yang disandarkan kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Para ulama telah mengingkari kebid'ahan ini. Dan para ulama telah menjelaskan tentang kebathilannya, dan bahwasanya itu adalah shalat yang bid'ah di dalam syari'at Allāh Subhānahu wa Ta'āla".

Bahkan Imam An Nawawi rahimahullāhu ta'āla yang bermadhhab Syafi'i yang banyak diambil oleh sebagian kaum muslimin di negara kita, beliau mengatakan ketika ditanya mengenai shalat raghaib tadi, beliau mengatakan:

"Ini adalah bid'ah yang jelek yang mungkar dan sangat mungkar dan mencakup banyak kemungkaran, maka wajib untuk meninggalkannya dan wajib berpaling darinya dan wajib untuk mengingkari orang yang melaksanakannya." 

Imam Nawawi sendiri mengatakan, "Bid'atun qabi'ah," bukan bid'ah hasanah. 

Karena para ulama ahlus sunnah waljama'ah mengatakan tidak ada istilah bid'ah hasanah dalam agama, karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

"Kullu bid'atin dhalalah wa kullu dhalaltin fin nār."

Setiap bid'ah itu sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.

Ada yang mengatakan, "Ada bi'ah hasanah, kata kullu itu tidak semuanya sesat," berarti kullu bid'atin dhalalah wa kullu dhallatin fin nār. 

Jika kullu dikatakan tidak semuanya sesat, berarti tidak semua kesesatan tempatnya di neraka, naudzubillahi min dzālik. Ini pemahaman yang sangat jauh dari sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Syaikh Utsaimin rahimahullāh mengatakan:

"Adapun shalat raghaib tidak ada asalnya dari Al Qurān atau hadits yang shahih atau perbuatan para sahabat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Seandainya itu baik, maka akan diriwayatkan para sahabat melaksanakannya".

Seandainya itu baik, para sahabat yang pertama kali mencontohkannya kepada kita. Kemudian kata beliau:

"Bahkan shalat raghaib adalah perbuatan baru dalam urusan agama, tidak disunnahkan baik secara jama'ah ataupun secara individu."

Kemudian kata beliau:

"Riwayat yang menyebutkan tentang shalat raghaib, itu adalah maudhu palsu sesuai dengan kesepakatan para ulama".

Demikina pula yang dikatakan Imam Al Irāqi, Imam Asy Syaukani dan banyak ulama hadits, sepakat mengatakan, ini adalah hadits yang palsu.

Ini yang pertama, bahwa shalat sunnah ar raghaib tidak ada dasarnya.

Sumber :
🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 01 Rajab 1438 H / 29 Maret 2017 M
👤 Ustadz Abdurrahman Thayyib, Lc
📔 Materi Tematik | Amalan Di Bulan Rajab Dan Puasa Rajab (Bagian 3 dari 6) 
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AT-AmalanRajab-03
🌐 Sumber: https://youtu.be/mQZIVI9H4Qc

AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 01

Ikhwānī fīllāh wa akhawātī, bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudariku rahīmakumullāh.


Sebagian para ulama, berwasiat kepada kita terutama para penuntut ilmu agama agar senantiasa untuk muraja'atul 'ilmi (mengulang pelajaran), terutama di momen-momen tertentu atau musim-musim tertentu, waktu-waktu tertentu, meskipun itu berulang kali kita melewatinya.

Seperti ketika kita akan memasuki bulan Ramadhan, maka kewajiban kita untuk mempelajari, untuk menyiapkan diri, apa yang akan kita perbuat di bulan Ramadhan tersebut.

Demikian pula pada saat seperti sekarang ini, kita sudah memasuki awal bulan yang banyak disalah-fahami dan banyak disalah-maknakan oleh sebagian saudara-saudara kaum muslimin, yaitu menyikapi bulan Rajab [🗓maksudnya dalam beberapa hari ini akan kita masuki, 🖋].

Ini merupakan kewajiban kita untuk mempelajari apa yang ada di bulan Rajab ini ? Apa yang perlu kita perbuat di bulan Rajab ini ? 

Ini hanya sekedar muraja'atul 'ilmi, mengulang pelajaran yang berkaitan dengan bulan Rajab, agar betul-betul ibadah kita 'alā basirah, di atas al'ilmu dan juga sebagai nasihat kepada saudara-saudara kita yang salah memahami makna bulan Rajab tersebut.

Ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh,


Yang pertama perlu kita sampaikan, bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah satu-satunya Dzat yang berhak untuk memulyakan sebagian makhluknya di atas sebagian yang lainnya. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan para Nabi dan para Rasūl di atas semua manusia yang ada. Demikian pula di antara para Rasūl tersebut Allāh memulyakan mereka di atas sebagian yang lainnya. 

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ 

"Itulah para Rasūl yang kami mulyakan sebagian mereka di atas sebagian yang lainnya."(QS Al-Baqarah: 253).

Dan Nabi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam merupakan Nabi, Rasūl yang termulia di atas semua yang ada di atas muka bumi ini. 

Demikian pula setelah para Nabi dan para Rasūl, Allāh memulyakan para sahabat. Para sahabat Allāh pilih menjadi manusia terbaik setelah para Nabi dan para Rasūl.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu para sahabat), kemudian orang-orang setelah mereka (para tabi'in), kemudian tabiut tabi'in."(Hadits riwayat Bukhari nomor 2652).

Ini adalah orang-orang yang Allāh mulyakan di atas semua yang ada.

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga memulyakan sebagian tempat di atas sebagian tempat yang lainnya. Allāh memulyakan kota Mekah dan Madinah di atas semua kota yang ada di atas muka bumi.

Demikian pula Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga memulyakan 3 masjidnya, yaitu masjid Al-Harām, masjid An-Nabawī dan masjid Al-Aqshā yang tiga masjid itulah yang dibolehkan untuk orang wisata religius.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِي هَذَا وَمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الأَقْصَى

"Janganlah kalian bersusah payah melakukan perjalanan jauh, kecuali ke tiga masjid yaitu masjidku (masjid An-Nabawī), Al-Harām, dan masjid Al-Aqshā." (Hadits riwayat Muslim nomor 1397).

Ini adalah tiga masjid yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla mulyakan di atas semua masjid-masjid yang ada.

Demikian pula Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan sebagian waktu di atas sebagian waktu yang lainnya. Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan bulan Ramadhan di atas semua bulan yang ada. Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan malam lailatul qadr di atas semua malam yang ada. Itu adalah hak Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Demikian pula di antara yang Allāh mulyakan di atas bulan-bulan yang lainnya, yaitu bulan Rajab. Bulan Rajab termasuk bulan yang dimulyakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang mana Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyatakan bahwasanya bulan Rajab termasuk salah satu asyharul hurum, bulan-bulan yang haram yang disucikan yang dimulyakan. 

Seperti yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla firmankan dalam surat at-Tawbah ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ 

السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

"Sesungguhnya bilangan bulan menurut ketetapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla sejak Allāh Subhānahu wa Ta'āla menciptakan langit dan bumi itu ada 12 bulan, diantara 12 bulan tersebut ada empat bulan-bulan yang haram/suci, itulah ketetapan agama yang lurus."

Dijelaskan dalam hadits, bahwa 4 bulan tersebut adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharam dan yang keempat adalah bulan Rajab yang sekarang ini kita baru memasukinya, maksudnya dalam beberapa hari ini akan kita masuki. 

Kemudian setelah kita tahu bahwa bulan Rajab ini adalah bulan yang Allāh dimulyakan, maka apa yang akan kita lakukan ? Bagaimana cara kita memulyakan bulan tersebut. Karena jika Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan sesuatu, maka kita juga wajib memulyakannya.

Sebagaimana ketika Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan para sahabat, maka kewajiban kita juga untuk memulyakan para sahabat. Ketika Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan bulan Ramadhan, maka kewajiban kita adalah memulyakan bulan Ramadhan tersebut.

Sekarang pertanyaannya, bagaimana cara kita memulyakan bulan-bulan yang mulia tersebut ? Apakah dengan akal kita ? Apakah semau gue ? Apakah apa kata hawa nafsu kita ? Apakah sesuai dengan adat-istiadat ? 

Atau bagaimana cara kita memulyakan bulan yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla katakan sebagai arba'atun hurum tersebut.

Sumber : 
🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 28 Jumadal Akhir 1438 H / 27 Maret 2017 M
👤 Ustadz Abdurrahman Thayyib, Lc
📔 Materi Tematik | Amalan Di Bulan Rajab Dan Puasa Rajab (Bagian 1 dari 6) 
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AT-AmalanRajab-01
🌐 Sumber: https://youtu.be/mQZIVI9H4Qc

AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 02

Yang pertama, wajib untuk kita yakini bersama bahwasanya, setiap waktu yang mulia, setiap tempat yang mulia, maka ibadah yang dilaksanakan pada waktu itu, di tempat itu, akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Demikian pula sebaliknya, perbuatan dosa dan maksiat jika dilakukan pada bulan-bulan yang mulia, waktu-waktu yang mulia atau tempat-tempat yang mulia, maka juga dilipatgandakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Oleh karena itulah Allāh Subhānahu wa Ta'āla menekankan dalam ayat tadi surat At Taubah ayat 36:

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ

"Maka janganlah kalian menzhalimi diri kalian sendiri (pada waktu empat bulan haram tersebut)."

Bukan berarti selain itu kita dibolehkan untuk menzhalimi diri kita, namum itu penekanan bahwasanya haram kita untuk berbuat kezhaliman, baik kezhaliman yang berupa kesyirikan, kebid'ahan ataupun perbuatan kemaksiatan.

Semua perbuatan tersebut diharamkan pada setiap waktu dan tempat, namun ketika di waktu yang mulia, di tempat yang mulia lebih ditekankan untuk dilarang.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman tadi:

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ

"Maka janganlah kalian menzhalimi diri kalian sendiri (pada waktu empat bulan haram tersebut)."

Al Iman Ath Thabari rahimahullāh ketika mentafsirkan ayat ini, meriwayatkan dari sahabat Abdullāh bin Abbas radhiyallāhu 'anhumā, beliau mengatakan:

لا تظلموا أنفسكم في كلهن، ثم اختص من ذلك أربعة أشهر، فجعلهن حرما، وعظم حرمتهن

"Jangan kalian menzhalimi diri kalian pada semua waktu, kemudian dikhususkan lagi, ditekankan lagi pada 4 bulan yang dimuliakan (yang disucikan) tersebut. Allāh pun menjadikan empat bulan tersebut sebagai bulan yang haram yang mana tidak diperbolehkan bagi manusia untuk menzhalimi diri mereka, terutama zhulmun yang terbesar yaitu syirik kepada Allāh."

Kemudian kata beliau:

وجعل الذنب فيهن أعظم والعمل الصالح والأجر أعظم

"Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan dosa pada waktua-waktu mulia tersebut lebih besar lagi. Demikian pula sebaliknya, pahala dan amal shalih juga Allāh lipatgandakan pahalanya."

Maka ketika kita memasuki bulan-bulan mulia seperti ini selayaknya kita meresapi bahwasanya kita sekarang sedang berada di bulan haram, bulan yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang disucikan. 

Maka harus lebih berhati hati supaya tidak jatuh kepada kemaksiatan, karena akan dilipatgandakan dosanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Naudzubillāhi min dzālik.

Demikian pula, ketika kita mengetahui bahwa ini termasuk bulan-bulan yang mulia, maka kita lebih bersemangat lagi untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Namum seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa ibadah tidak akan diterima kecuali dengan ikhlash dan ittiba sesuai dengan yang diajarkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Maka tidak cukup kita hanya bermodal semangat ketika memasuki bulan yang suci/mulia ini, namun kita juga harus iringi dengan modal al Ilmu untuk kita jadikan sebagai landasan untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sebagimana kata Al Imam Al Bukhari rahimahullāh ta'ālā:

العلم قبل القول والعمل 

"Ilmi itu sebelum kita berucap dan beramal." 

Sebelum kita melangkah terlebih jauh untuk menghadapi bulan Rajab ini, maka kewajiban kita belajar, apa yang dibolehkan, apa yang disyari'atkan, untuk kita mendekatkan diri kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Maka kata para ulama, semua yang diajarkan, yang disunahkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada bulan seperti ini, lebih layak bagi kita untuk bersemangat. 

Ibadah apa saja selama ada tuntunannya ada dalilnya yang shahih dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ataupun para sahabat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ini secara global, apa yang bisa kita lakukan di bulan Rajab ini, yaitu semua ibadah yang disyariatkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Seperti shalat, misalnya shalat tahajud, shalat dhuha, atau yang lainnya dari hal-hal yang disunnahkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian pula puasa. Silahkan puasa Senin Kamis, puasa Daud dan sebagainya dari puasa-puasa yang telah ada dalilnya yang shahih tentangnya. Ini lebih memacu kita untuk lebih mengamalkannya di bulan yang mulia ini. Demikian pula bersedekah dan sebagainya.

Kemudian ma'āsiral muslimin, ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh.

Namun sangat disayangkan ada sebagian dari saudara-saudara kita yang salah memaknai bulan Rajab ini atau salah dalam memuliakan bulan Rajab ini.

Mereka tahu ini bulan yang mulia, namun mereka salah dalam memuliakan bulan ini. Antara lain dengan mengadakan beberapa ritual ibadah yang jika kita pelajari dan merujuk kepada kitab dan ucapan para ulama terhadulu, maka akan kita dapati bahwa hal tersebut adalah ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ini yang akan kita sebutkan beberapa ritual yang tidak ada contohnya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan para sahabat yang masih banyak diamalkan oleh sebagian kaum muslimin di bulan ini. Maka sebelum kita terlambat melaksanakan perbuatan yang tidak ada dasarnya tersebut, maka wajib untuk kita mengetahui hal seperti ini.

Sebagaimana dahulu seorang sahabat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang bernama Hudzayfah Ibnu Yaman mengatakan: 

كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَهُ عَنْ الْخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مخافةَ أن يُدركَن 

"Dahulu para shahābat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mereka bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang perkara-perkara kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang keburukan karena aku takut terjerumus ke dalam kejelekan tersebut." (Hadits riwayat Bukhari nomor 3606).

Dan itu pula yang dikatakan oleh seorang penyair:

عرفت الشر لا للشر لكن لتوقيه، ومن لا يعرف الشر من الخير يقع فيه

"Aku mengetahui kejelekan bukan untuk melakukan kejelekan, namun untuk menjauhkan diri dari kejelekan tersebut. Dan barangsiapa yang tidak tahu kejelekan dari kebaikan, maka dia akan jatuh ke dalam kejelekan."

Maka apa yang akan kita pelajari ini adalah ritual-ritual ibadah yang tidak ada sunnahnya alias bid'ah kita ketahui untuk kita jauhi dan untuk kita sampaikan kepada umat, bahwasanya perbuatan-perbuatan tersebut tidak ada tuntunannya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Apalagi pada hari-hari seperti ini, banyak menyebar di sosmed sebagian menyebarkan hari jaiz atau keutamaan-keutamaan motivasi-motivasi untuk beramal beberapa ritual ibadah yang sebetulnya jika diteliti tidak ada sunnahnya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bahkan beberapa SMS masuk pertanyaan berkaitan tentang ibadah di bulan Rajab. Ini setiap tahun demikian. Makanya kita sampaikan agar tidak bersusah payah anda SMS ke ustadz-ustadz, sudah ada jawabannya in syā Allāh ta'āla.

Diantaranya yang perlu kita sampaikan, ada SMS yang mengatakan:
"Bulan Rajab jatuh pada tanggal sekarang ini, barangsiapa puasa sehari laksana puasa setahun, barangsiapa puasa tujuh hari, maka ditutup pintu-pintu neraka jahannam, barangsiapa puasa delapan hari, maka dibuka delapan pintu surga, barangsiapa puasa sepuluh hari, akan dikabulkan segala permintaannya, (kemudian ditambah lagi) barangsiapa mengingatkan kepada orang lain tentang ini seakan ibadah delapan puluh tahun." 

Ini seringkali muncul. Ini baru edisi perdana, hari ini awal bulan Rajab dan banyak lagi nanti ritual-ritual setelah ini. 

Oleh karena itu, ini penting sekali untuk kita pelajari sebelum kita kebingungan, kok ada seperti ini, loh kok ada ibadah seperti ini, kok saya belum pernah tahu, padahal puluhan tahun saya ngaji, kok tidak pernah diajarkan.

Nah sekarang kita ajarkan, nama yang haq dan mana yang bathil.

Sumber :
🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 29 Jumadal Akhir 1438 H / 28 Maret 2017 M
👤 Ustadz Abdurrahman Thayyib, Lc
📔 Materi Tematik | Amalan Di Bulan Rajab Dan Puasa Rajab (Bagian 2 dari 6)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AT-AmalanRajab-02
🌐 Sumber: https://youtu.be/mQZIVI9H4Qc

SHOLAT TAHIYYATUL MASJID

Haram mengikuti Perayaan Nasroni

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Adab Menerima Berita

 
Copyright © 2015 Kajian Hasan Hamzah Lubis. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger