NASEHAT    KHUTBAH    ADAB    SIROH    FATWA    SYI'AH    BAHASA ARAB    PENYEJUK HATI    DO'A DAN ZIKIR   
Diberdayakan oleh Blogger.

Rakaat Shalat Tarawih

fatwa
Pertanyaan :



Apakah dalam Qiyam Ramadhan (tarawih) ada jumlah rakaat tertentu?


Jawab:



Tidak ada jumlah rakaat tertentu yang diwajibkan. Jika seseorang melakukan shalat malam semalam suntuk tidaklah mengapa. Jika melakukan 20 atau 50 rakaat tidaklah mengapa. Akan tetapi jumlah yang lebih utama adalah apa yang dilakukan Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- yaitu 11 rakaat atau 13 rakaat. Umul Mukminin Aisyah radiallahu'anha- ditanya, “Bagaimana Nabi -shalallahu alaihi wasalam melakukan shalat Qiyam Ramadhan (tarawih)? Beliau menjawab: "Tidak lebih dari 11 rakaat."

Akan tetapi wajib dilakukan sesuai dengan tuntunan syari'at, dengan memanjangkan bacaan, rukuk, sujud, bangkit dari rukuk dan sajadatain (duduk antara dua sujud). Tidak seperti yang dilakukan orang-orang sekarang. Mereka melakukannya dengan cepat, menyulitkan makmum untuk melakukan apa yang selayaknya mereka lakukan. Imam adalah pemimpin, dan pemimpin wajib melakukan apa yang paling baik dan bermanfaat. Jika imam hanya peduli bagaimana cara cepat selesai, ini suatu kesalahan. Semestinya melakukan apa yang dilakukan Nabi -shalallahu alaihi wasalam- , dengan memanjangkan berdiri, rukuk, sujud dan duduk sesuai yang diriwayatkan, memperbanyak doa, bacaan al-Quran, tasbih dan semacamnya.

Tidak Puasa Karena Hamil Atau Menyusui

fatwa
Pertanyaan: 

Apakah yang wajib terhadap wanita hamil atau menyusui apabila berbuka di bulan Ramadhan? Apakah cukup memberi makan dari
jenis beras?

Jawaban: 

Wanita hamil atau menyusui tidak boleh berbuka di bulan Ramadhan kecuali karena uzur. Jika mereka berbuka karena uzur, mereka wajib mengqadha berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta'ala:

 فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ 
  
Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (QS. 2:184).

Dan keduanya sama seperti orang sakit. Jika uzur mereka adalah khawatir terhadap bayi, maka mereka harus mengqadha dan memberi makan orang miskin setiap hari dari jenis gandum atau beras atau kurma, atau selainnya dari jenis makanan penduduk negeri. Sebagian ulama berkata: keduanya tidak wajib selain mengqadha saja dalam kondisi apapaun, karena tidak ada dalil memberi makan dari al-Qur`an dan sunnah, dan pada asalnya adalah tidak ada tanggung jawab sehingga ada dalil yang tegas. Ini adalah mazhab Abu Hanifah, dan pendapat ini cukup kuat.

SHALAT TARAWIH


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه
“Siapa yang melakukan shalat di malam-malam bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Hadits yang mulia ini menjadi dasar disunnahkannya menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan yang penuh barakah dengan shalat.
Istilah yang populer di masyarakat umum bahwa shalat yang dilakukan di permulaan malam pada bulan Ramadhan dinamakan tarawih dan shalat yang dilakukan setelah itu pada akhir malam disebut Qiyamullail. Ini adalah pemisahan yang populer di kalangan masyarakat umum, akan tetapi pada dasarnya semuanya adalah tarawih dan qiyam. Mengapa qiyam Ramadhan dinamakan tarawih (istirahat)? Karena dahulu mereka (generasi awal umat ini) beristirahat setelah empat rakaat karena mereka memanjangkan shalat mereka.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: Semua shalat di bulan Ramadhan dinamakan qiyam.
Berikut ini beberapa hal penting terkait dengan Qiyamullail pada bulan Ramadhan:
  1. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyunnahkan kepada kita Qiyam Ramadhan (tarawih), sebagaimana dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anhaistri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata:
“Pada suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat malam, lalu orang-orang pun shalat bersamanya. Pada malam berikutnya beliau shalat lagi, orang-orang yang shalat di belakangnya semakin banyak. Kemudian mereka pun bersepakat untuk melakukannya lagi pada malam ke-3 atau ke-4, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak keluar shalat bersama mereka. Ketika Shubuh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُم
”Aku telah melihat apa yang kalian lakukan semalam. Tidak ada yang mencegahku untuk keluar kepada kalian (untuk shalat bersama kalian) selain kekhawatiranku akan diwajibkannya shalat tersebut kepada kalian.” Dan itu di bulan Ramadhan.” [HR. Bukhari dan Muslim]
  1. Hendaknya shalat malam (tarawih) didasarkan pada keimanan kepada Allah dan pahala yang telah disiapkan-Nya bagi yang melakukan Qiyam Ramadhan. Jangan karena didorong oleh riya’ (ingin dilihat), sum’ah (ingin didengar), ingin harta, olah raga/ tubuh, dan lain sebagainya.
Jika dilakukan dengan iman dan mengharap pahala, maka apa yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan terealisasi, beliau bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang melakukan shalat malam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, di ampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari dan Muslim].
  1. Shalat tarawih tidak memiliki batasan rakaat tertentu yang menjadi keharusan. Jika seseorang shalat bersama imam, maka hendaknya ia terus shalat bersamanya sampai selesai, agar dicatat baginya pahala Qiyamullail (shalat semalam suntuk). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
“Siapa yang shalat bersama imam sampai selesai, dicatatkan baginya shalat semalam suntuk.” [HR. Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah, shahih].
  1. Yang lebih utama adalah shalat bersama imam yang shalat 11 rakaat atau 13 rakaat dengan memanjangkan shalatnya. Itulah yang sempurna dan lebih utama. Dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anhabeliau ditanya:“Bagaimanakah shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadhan?” Beliau menjawab:
مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
“Tidaklah (shalat malam) Nabi di bulan Ramadhan maupun selainnya melebihi11 rakaat.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Dalam Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhudia berkata:
كَانَتْ صَلَاةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يَعْنِي بِاللَّيْلِ
“Dahulu shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam 13 rakaat, maksudnya malam hari.” [HR. Bukhari].
  1. Yang utama bagi imam masjid yang shalat tarawih bersama jamaah agar melakukan salam setiap dua rakaat dan berwitir dengan satu rakaat, agar tidak memberatkan makmum atau terjadi kegundahan pada mereka. Dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha mengenai shalat malam:
مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمْ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى
“Dua rakaat dua rakaat, jika salah seorang di antara kalian khawatir masuk waktu Shubuh, shalatlah satu rakaat mengganjilkan shalat sebelumnya.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Boleh menjadikan shalat witirnya sekaligus 5 rakaat, 7 rakaat, atau 9 rakaat, akan tetapi pada rakaat ke-8 duduk bertasyahud kemudian bangkit melanjutkan rakaat yang ke-9, bertasyahud lagi, berdoa dan salam. Penggabungan rakaat witir ini dilakukan jika shalat seorang diri atau sesuai kemufakatan jamaah.
  1. Yang utama memanjangkan shalat tarawih atau Qiyamullail. Dari As-Saib bin Yazid radhiyallahu ‘anhu dia berkata:
“Umar bin Al-Khatthab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad-Dâri untuk mengimami jamaah dengan 11 rakaat. Dia berkata: ‘Imam membaca ratusan ayat hingga kami bertumpu pada tongkat karena lamanya berdiri. Tidaklah kami usai melainkan di penghujung fajar.” [HR. Malik, shahih]
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ طُولُ الْقُنُوتِ
“Shalat (malam) yang terbaik adalah yang panjang berdirinya.” [HR. Muslim].
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Qunut dalam hadits ini adalah berdiri (ketika shalat), dikarenakan zikir ketika berdiri dalam shalat adalah membaca Al Quran.
Hendaklah waspada terhadap para imam yang mengimami para jamaah dengan tergesa-gesa, sehingga hilang kekhusyukan dan tumakninah. Imam hendaknya membaca dengan tadabbur. Jika membaca ayat yang berisi permintaan/doa hendaknya meminta/berdoa kepada Allah, atau melewati ayat tasbih hendaknya bertasbih, sebagaimana yang telah disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
  1. Wanita boleh menghadiri shalat tarawih di masjid jika aman dari fitnah (gangguan), baik yang timbul darinya maupun terhadap dirinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ
“Janganlah kalian melarang hamba-hamba Allah -para wanita- (mendatangi) masjid-masjid Allah.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Disyaratkan bagi wanita untuk memulai dari shaf paling akhir, kebalikannya shaf laki-laki dimulai dari yang paling depan.
Hendaknya kaum wanita segera pulang setelah imam selesai salam.

SUMBER :
https://www.facebook.com/markaz.inayah?fref=pb&hc_location=friends_tab

MENYAMBUT BULAN RAMADHĀN 06


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ


Kita membahas tentang "Menyambut bulan Ramadhān". 


2. Amalan yang kedua yang dianjurkan pada bulan Ramadhan adalah shalat Tarawih

Dan sangat dianjurkan bagi laki-laki berjama'ah di masjid. 

Adapun wanita tetap keutamaannya di rumah, akan tetapi jika mereka ingin ikut shalat tarawih di masjid silahkan. 

Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً

“Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.”

(HR An Nasai nomor 1605, Tirmidzi nomor 806, Ibnu Majah nomor 1327, Ahmad dan Tirmidzi. Tirmidzi menshahihkan hadits ini. Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’ nomor 447 mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan pahala besar bagi orang yang menjaga shalat malam di bulan Ramadhan. 

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ  

"Siapa yang bangun malam di bulan Ramadhan karena iman dan pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu."

(HR Bukhari nomor 36, versi Fathul Bari nomor 37 dan Muslim nomor 1226, versi Syarh Muslim nomor 759).

Usahakan setiap malam untuk shalat tahajud. 

Jika kita tidak shalat tarawih di masjid, maka kita usahakan shalat malam di rumah, tidak apa. Karena shalat tarawih di masjid tidak wajib. Yang paling penting adalah kita berusaha menghidupkan malam dengan shalat pada bulan Ramadhan tersebut.

3. Sedekah

Amalan yang ketiga yang sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan adalah sedekah. 

Kata ibnu Abbas dalam hadits yang telah disebutkan tadi (pada bagian 5 dari 6 materi ini), yakni:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ

"Adalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam orang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan."

(HR Bukhari nomor 5, versi Fathul Bari nomor  6)

Kedermawanan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam meningkat pada bulan Ramadhan, māsyā Allāh.

Mengapa demikian?

Di antara hikmahnya (menurut Ibnu Rajab), karena sedekah itu pemadam api neraka, sedangkan puasa adalah perisai dari api neraka.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدْ مِنَ النَّارِ

“Puasa adalah perisai, seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka."

(Hadits Riwayat Ahmad 3/241, 3/296 dari Jabir, Ahmad 4/22 dan Utsman bin Abil ‘Ash. Ini adalah hadits yang shahih).

وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ 

"Sedekah itu bisa memadamkan dosa, sebagaimana air memadamkan api." (HR Tirmidzi nomor 2616).

Jika ada kebakaran kita hanya mempunyai perisai saja tanpa pemadam atau memadamkan tetapi tidak mempunyai perisai, maka tetap bisa kena api. Tetapi jika kita mempunyia perisai dan pemadam, maka ini luar biasa. 

Maka kita pun berusaha seperti itu. Bahkan disebutkan dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, di dalam surga itu ada kamar-kamar yang sangat istimewa. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَغُرَفًا يُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا فَقَامَ إِلَيْهِ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ

 لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هِيَ لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ 

بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ

"Sesungguhnya di surga ada kamar-kamar, luarnya terlihat dari dalam dan dalamnya terlihat dari luar."

Seorang badui menghampiri beliau, ia bertanya:

Itu untuk siapa, wahai Rasulullah?"

Beliau menjawab:

"Bagi yang membiasakan ucapannya baik, memberi makan, puasa secara kontinyu, shalat malam untuk Allāh saat orang-orang tidur."

(HR Tirmidzi nomor 2450, versi Maktabatu Al Ma'arif Riyadh nomor 2527).

Ternyata kamar-kamar tersebut untuk orang yang memenuhinya, Ibadah-ibadah tersebut di bulan Ramadhan ada semuanya. Siangnya kita puasa, malamnya shalat tarawih dan kita memberi makan dan sedekah serta ucapan-ucapan yang baik. 

Inilah amalah-amalan yang sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan.

Semoga yang saya sampaikan ini bermanfa'at dan kita bisa bersiap-siap menuju Ramadhan dengan penuh persiapan.

Wabillahi taufiq.

Demikian saja

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك 
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
Sumber : 
🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 01 Ramadhan 1438 H / 27 Mei 2017 M
👤 Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc
📔 Materi Tematik | Menyambut Bulan Ramadhan (Bagian 6 dari 6) 
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AYBS-MenyambutRamadhan-06
🌐 Sumber: https://youtu.be/FfCa4yQUNOQ
-----------------------------------

MENYAMBUT BULAN RAMADHĀN 05


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Kita membahas tentang "Menyambut bulan Ramadhān". 

Kemudian perkara yang hendaknya kita lakukan sebelum bulan Ramadhān yang lainnya adalah: 


⑹ Mempelajari tentang adab-adab puasa.

Bahwasanya mempelajari puasa atau adab-adab puasa itu penting sekali, karena itu merupakan kesempurnaan dari puasa kita.

Banyak orang yang tidak mempelajari tentang adab puasa, akhirnya jatuh kepada kesalahan. Sebuah contoh, misalnya orang tidak mengerti adab sahur, sahur itu bagaimana? 

Sahur secara bahasa arab diambil dari kata sahar yang artinya akhir malam dan disebut sahur artinya makan di akhir malam.

Jika ada yang sahur jam 01.00 apakah termasuk sahur? 

Bukan, karena tidak disebut sahur kecuali di akhir malam. 

Jika jam 01.00 atau jam 02.00 namanya 1/3 malam. 

Kemudian terkadang seseorang tidak memperhatikan adab, suka mengganggu. 

Jika malam jam 01.00 jam 02.00 ada yang suka membuat kebisingan dengan alasan membangunkan orang sahur. Ada yang menggunakan bedug keliling sambil berteriak "sahur-sahur" dan lain sebagainya. 

Jika ditanya, jawabnya untuk kebaikan, membangunkan orang untuk sahur. 

Apakah sudah masuk waktu sahur? 

Jam 01.00 jam 02.00 belum masuk waktunya sahur. Sahur yang dicontohkan Nabi adalah pada akhir malam.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضى الله عنه – أَنَّ نَبِىَّ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَزَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ

 – رضى الله عنه – تَسَحَّرَا ، فَلَمَّا فَرَغَا مِنْ سَحُورِهِمَا قَامَ نَبِىُّ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم

 – إِلَى الصَّلاَةِ فَصَلَّى . قُلْنَا لأَنَسٍ كَمْ كَانَ بَيْنَ فَرَاغِهِمَا مِنْ سَحُورِهِمَا وَدُخُولِهِمَا فِى 

الصَّلاَةِ قَالَ كَقَدْرِ مَا يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu pernah makan sahur. Ketika keduanya selesai dari makan sahur, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri untuk shalat, lalu beliau mengerjakan shalat. Kami bertanya pada Anas tentang berapa lama antara selesainya makan sahur mereka berdua dan waktu melaksanakan shalat Shubuh. Anas menjawab: "Yaitu sekitar seseorang membaca 50 ayat (Al Qur’an)." (HR Bukhari nomor 1134 dan Muslim nomor 1097).

--> 50 ayat, jika kita baca secara tartil tidak sampai 15 menit, mengapa kita kemudian sahur jam 03.00 atau jam 02.00.

Hal ini:

1. Menyelisihi secara bahasa Arab itu sendiri mengenai arti sahur.

2. Menyelisihi sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Terkadang masjid menjadi tempat mengganggu orang ketika bulan puasa. Malam-malam dipakai nyanyi-nyanyi, bahkan mereka membaca qurān dibagus-bagusin dengan memakai speaker? 

Kita tidak boleh mengganggu orang walaupun dengan membaca Qurān.

Dalam hadits Abu Daud disebutkan, bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mendapati para sahabat sedang shalat sendiri-sendiri dan masing-masing mengeraskan suaranya, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أَلَا إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَلَا يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ أَوْ

 قَالَ فِي الصَّلَاةِ

"Ketahuilah, sesungguhnya kalian tengah berdialog dengan Rabb, oleh karena itu janganlah sebagian yang satu mengganggu sebagian yang lain dan jangan pula sebagian yang satu mengeraskan terhadap sebagian yang lain di dalam membaca (Al Qurān) atau dalam shalatnya." (HR Abu Daud nomor 1135, versi Baitul Afkar adDauliah nomor 1332).

Makanya mengganggu orang lain walaupun dalam rangka membaca Qurān, tidak boleh. 

Bukan tidak boleh membaca qurān, apalagi sampai jam 12.00 malam misalnya, yang tidak boleh itu memakai pengeras suara, karena mengganggu orang lain. 

Selain itu bisa menimbulkna riya'. 

Ini salah satu akibat kurang memperhatikan adab-adab Ramadhan.

Jangan menjadikan Ramadhan ajang mengganggu orang lain, jadikanlah Ramadhan waktu untuk mengikuti sunnah-sunah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Kita sibukkan dengan banyak membaca Qurān (tanpa pengeras suara) dan sunnah-sunnah lainnya.

Amalan-amalan yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan selain puasa:

1. Membaca Al Qurān.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ 

"Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan padanya AlQurān." (QS Al Baqarah: 185).

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan tentang keistimewaan Ramadhan dengan diturunkannya Al Qurān.

Ibnu Abbas berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ

 يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ

"Adalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam orang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan dan ketika bertemu dengan Jibril 'alayhis sallam. Dan beliau bertemu dengan Jibril 'alayhis sallam setiap malam di bulan Ramadhan untuk tadarus Al Qurān." (HR Bukhari nomor 5, versi Fathul Bari nomor  6).

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam membaca (tadarus) qurān setiap malam dan malaikat Jibril membenarkan dan meluruskan.

Oleh karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: 

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ 

بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ

Sesungguhnya puasa dan Al Qurān memberi syafa’at kepada pelakunya pada hari Kiamat. Puasa berkata: “Ya Tuhanku, aku telah menahan hasrat makan dan syahwatnya, maka berilah aku izin untuk memberikan syafa’at kepadanya." Berkata pula Al Qurān: ”Wahai Tuhanku, aku telah menghalanginya dari tidur untuk qiyamullail, maka berilah aku izin untuk memberikan syafa’at kepadanya." (HR Ahmad nomor 6337).

Imam Malik bin Anas, jika datang Ramadhan, beliau menutup majelis haditsnya, beliau sibukkan dengan Al Qurān. 

Inilah yang dilakukan oleh para sahabat, para tabi'in dan para salaf terdahulu.

Bahkan disebutkan dalam suatu riwayat, Imam Syafi'i setiap hari pada bulan Ramadhan menghatamkan Qurān. Walaupun yang sunnahnya tiga hari yang paling cepat. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda kepada 'Abdullāh bin 'Amr bin Ash:

يَا رَسُولَ اللَّهِ فِي كَمْ أَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَالَ فِي شَهْرٍ قَالَ إِنِّي أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ يُرَدِّدُ الْكَلَامَ أَبُو

 مُوسَى وَتَنَاقَصَهُ حَتَّى قَالَ اقْرَأْهُ فِي سَبْعٍ قَالَ إِنِّي أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ قَالَ لَا يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَهُ فِي

 أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثٍ

"Wahai Rasulullah, berapa lamakah aku harus mengkhatamkan AlQurān?"

Beliau bersabda:

"Dalam sebulan."

Abdullah bin 'Amru berkata:

"Sesungguhnya aku bisa lebih dari itu."

-Abu Musa (Ibnu Mutsanna) mengulang-ulang perkataan ini-

Dan Abdullah selalu meminta dipensasi hingga beliau bersabda:

"Jika demikian, bacalah Al Qurān (hingga khatam) dalam tujuh hari."

Abdullah berkata:

"Aku masih dapat menyelesaikannya lebih dari itu."

Beliau bersabda:

"Tidak akan dapat memahaminya orang yang mengkhatamkan Al Qurān kurang dari tiga hari."

(HR Abu Daud nomor 1182, versi Baitul Afkar AdDauliah nomor 1390).

Ini berarti 1 hari 10 juz. Jika kita tidak kuat, maka paling tidak dalam satu bulan khatam, maka satu hari 1 juz.

Bersambung kebagian 6 (lima), In syā Allāh. 

Sumber :
🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 29 Sya'ban 1438 H / 26 Mei 2017 M
👤 Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc
📔 Materi Tematik | Menyambut Bulan Ramadhan (Bagian 5 dari 6) 
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AYBS-MenyambutRamadhan-05
🌐 Sumber: https://youtu.be/FfCa4yQUNOQ
-----------------------------------

MENYAMBUT BULAN RAMADHĀN 04


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.


Kita membahas tentang "Menyambut bulan Ramadhān". 

Bagaimana agar kita bisa mencintai Ramadhān?

Yaitu kita lihat bagaimana keistimewaan-keistimewaan yang terdapat pada bulan Ramadhān.

Bulan Ramadhān kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: 

√ Syaithān-syaithān diikat
√ Pintu-pintu surga dibuka
√ Pintu-pintu neraka ditutup 
√ Setiap malam Allāh memerdekakan hambanya dari api neraka. 

Di antaranya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ . وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ

 رِيحِ الْمِسْكِ 

"Orang yang berpuasa itu diberikan oleh Allāh dua kegembiraan (yaitu) gembira ketika berbuka dan gembira ketika bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allāh daripada minyak kesturi yang paling wangi." (Hadīts Riwayat Bukhāri nomor 1894 dan Muslim nomor 1151).

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan orang yang berpuasa itu gembira ketika berbuka, gembira ketika 'Idul Fitr. 

Dan yang paling besar gembiranya adalah ketika bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Di antara keistimewaan bulan Ramadhān adalah bau mulut orang  yang berpuasa di sisi Allāh lebih wangi dari minyak kesturi. 

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: 

لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

"Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi disisi Allāh daripada minyak kesturi yang paling wangi."

Di antara keistimewaan bulan Ramadhān adalah untuk meraih ampunan dari Allāh itu mudah. Makanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: 

وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

"Allāh setiap malam bulan Ramadhān memerdekakan hamba-hambanya dari api neraka."

(Hadīts Riwayat At Tirmidzi, Ibnu Mājah) 

Setiap malam, bayangkan! 

Allāh memerdekakan hamba-hambanya dari api neraka. 

Adapun hadīts yang tersebar di masyarakat bahwa Ramadhān terbagi menjadi 3 (tiga) Sepuluh pertama ampunan, sepuluh kedua rahmat dan sepuluh ketiga pemerdekaan dari api neraka, ini hadīts lemah karena di dalamnya ada perawi dhaif yang bernama 'Ali bin Zaid Al Quda'ah. Ini tidak bisa dijadikan hujjah. 

Kata para ulamā ini mungkar karena bertabrakan dengan hadīts yang hasan yang mengatakan bahwa memerdekakan api neraka itu terjadi setiap malam. 

Maka bayangkan! Ternyata di bulan Ramadhān untuk mendapatkan kesempatan 'itqunminanar jdiselamatkan dan dimerdekakan dari api neraka) itu mudah.

Kemudian di antara keutamaan bulan puasa adalah pahala di bulan puasa dilipat gandakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena itu adalah waktu yang mulia dan para ulamā mengatakan: 

"Apabila amal bertabrakan dengan waktu yang mulia (bertepatan) dengan waktu yang mulia maka amal shālih itu akan dilipatgandakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Jadi kita harus berusaha memotivasi diri kita untuk bisa mencintai bulan Ramadhān. Karena orang yang mencintai bulan Ramadhān asalnya dari imān. 

Orang yang mencintai bulan Ramadhān cintanya karena Allāh dan karena Imān. Tapi orang yang membenci bulan Ramadhān itu menunjukkan kurang keimānannya bahkan tidak berimān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Kemudian perkara yang hendaknya kita lakukan sebelum bulan Ramadhān yang lainnya adalah: 

⑸ Menempa kesabaran dan hendaknya kesabaran di bulan Ramadhān harus lebih extra lagi.

Bulan Ramadhān adalah hari-hari penuh kesabaran, bagaimana tidak, di waktu siang yang biasanya kita makan minum, kita tidak boleh makan, tidak boleh minum, tidak boleh jima'. 

Dalam keadaan perut kosong, terkadang orang yang perutnya kosong mudah marah, demikian pula kalau kita sedang puasa mudah terpancing emosi, kenapa? 

Karena kondisi kita lapar, disinilah kita diuji kesabaran kita untuk tidak marah. 

Memang perlu kesabaran, kita langsung terpikir: saya harus sabar.

Nagaimana caranya sabar? 

Ingat! Kesabaran kita di bulan Ramadhān itu manfaatnya besar sekali. 

⑴ Orang yang bersabar pahalanya tidak akan diberikan oleh Allāh dengan batasan.

Allāh berfirman: 

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍۢ

"Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu diberikan pahala dengan tanpa batasan." (QS Az Zummar: 10).

⇒Puasa itu kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam merupakan ibadah khusus untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Allāh berfirman: 

 كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ 

"Setiap amalan anak Ādam itu untuk dirinya, kecuali puasa karena puasa itu untuk Ku (kata Allāh) dan aku yang langsung memberikan balasan kepadanya."

Berapa kali kita bersabar sebentar untuk menyenangkan Allāh? 

Kita berpikir kalau saya tidak bersabar berpuasa ngeri juga. 

Kalau sabar di dunia ada manfaatnya, tetapi kalau sabarnya di neraka tidak ada manfaatnya. 

Lebih baik kita sabar di dunia daripada sabar di neraka.

Puasanya umat islām lebih mudah dibandingkan puasanya sebelum umat Islām. 

Sebelum umat Islām, puasanya 24 jam. Jadi misalnya jam 6 pagi sahur maka berbukanya jam 6 pagi keesokan harinya. 

Kemudian orang-orang Nashrāni di zaman sekarang membuat bid'ah, mereka berpuasa dari makanan besar, kalau makan makanan kecil tidak apa-apa. 

Ini tidak pernah disyariatkan oleh Nabi 'Īsā, dan nabi Mūsā 'alayhissalām. Mereka membuat-buat ibadah. 

Alhamdulillāh, ternyata umat Islām diberikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla kemudahan semudah-mudahnya. Puasa itu dari terbit fajar sampai terbenam matahari. 

Setelah terbenam matahari sampai terbit fajar lagi silahkan makan, Alhamdulillāh  mudah. 

Masa puasa hanya setengah hari saja tidak bisa? 

Makanya sabar, sabar, sabar, supaya kita bisa berpuasa dibulan Ramadhān.  

In syā Allāh kita bisa, yang penting kita mendapat pahala besar di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sumber :
🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 28 Sya'ban 1438 H / 25 Mei 2017 M
👤 Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc
📔 Materi Tematik | Menyambut Bulan Ramadhan (Bagian 4 dari 6) 
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AYBS-MenyambutRamadhan-04
🌐 Sumber: https://youtu.be/FfCa4yQUNOQ
----------------------------------- 

MENYAMBUT BULAN RAMADHĀN 03


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

Kita membahas tentang "Menyambut bulan Ramadhān". 

Beberapa perkara yang hendaknya kita lakukan sebelum bulan Ramadhān, yaitu: 


⑵ Kita berusaha untuk membersihkan hati kita dari kotoran-kotoran dosa.

Kenapa? 

Karena dibulan Ramadhān ini adalah bulan yang penuh ibadah dan karunia. Dan penuh pahala yang luar biasa.

Maka ibadah-ibadah dibulan Ramadhān dilipat gandakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sementara kita tidak akan mampu untuk melaksanakan ibadah kecuali apabila hati kita bening. 

Imām Ibnu Qayyim berkata: 

"Maksiat itu bisa melemahkan hati seorang hamba."

Akibat perbuatan maksiat seorang hamba adalah:

√ Lemah untuk ibadah.
√ Lemah untuk membaca Al Qurān.

Bahkan puasa Ramadhān pun terasa berat.

Makanya diantara hikmah mengapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebelum 'Isrā Mi'rāj dibelah dulu dadanya, diambil hatinya (jantungnya), kemudian dicuci dibersihkan lalu dikembalikan lagi (dimasukan lagi). 

Di antara hikmahnya adalah menunjukkan bahwa orang yang hendak bermunajat dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla hendaklah dia membersihkan dulu hatinya, dia banyak taubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Maka, sebelum Ramadhān kita harus banyak-banyak bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, banyak-banyak meminta ampun. kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Kalau memang kita pernah berbuat zhālim dan kita belum sempat minta maaf segera minta maaf. 


⑶ Berusaha untuk membiasakan ibadah-ibadah sebelum datang Ramadhān.

Kalau pepatah mengatakan, "Bisa itu karena biasa."

Kalau tidak biasa tentu tidak akan bisa. 

⇒ Kalau dia tidak biasa baca Al Qurān maka tidak akan bisa menghatamkan Al Qurān. 

Maka orang yang bisa menghatamkan Al Qurān itu yang membiasakan menghatamkan Al Qurān sebelumnya. 

Kita berusaha untuk membiasakan amalan-amalan kebaikan, makanya salafus shālih terdahulu. Di bulan Sya'bān itu mereka bersungguh-sungguh dengan berbagai macam ibadah. 

√ Membiasakan puasa
√ Membiasakan baca Al Qurān 
√ dan yang lainya. 

Supaya apa? 

Supaya di bulan Ramadhān menjadi terbiasa. 

Ini memang harus kita lakukan, sebab kalau kita tidak membiasakan kebaikan kita pasti terbiasa dengan ketidakbaikan. 

Orang yang tidak biasa dengan kebaikan,  biasanya dia akan biasa dengan keburukan atau dia terbiasa dengan perkara yang tidak baik dan tidak buruk. 

Membiasakan berbuat sesuatu yang sifatnya mubah menjadi kebiasaan ibu-ibu.

Nonton sinetron, kalau sudah menjadi kebiasaan, untuk meninggalkannya berat. 

Maka orang yang membiasakan sesuatu biasanya sulit sekali meninggalkannya. 

Sekarang kewajiban kita sebagai seorang hamba berusaha untuk membiasakan dengan kebaikan, ini yang kita inginkan. 

Orang yang sudah terbiasa tahajud begitu terluput dari shalāt tahajud dia pasti akan menyesal. 

Orang yang sudah terbiasa untuk membaca Al Qurān akan merasa sedih ketika harinya terluput dari baca Al Qurān. 

Di Saudi ada seorang laki-laki sudah tua umurnya. Terbiasa setiap harinya membaca Al Qurān 5 (lima) juz, māsyā Allāh. 

Suatu hari dia harus mengalami operasi dan operasinya memakan waktu selama 10 jam, setelah selesai operasi dia siuman dan menangis. 

Lalu ada yang bertanya, "Mengapa kamu menangis?"

Kata dia, "Saya terluput dari membaca Al Qurān 5 juz hari ini."

Gara-gara terluput itu dia menangis. 

Kita seperti itu tidak? 

Ketika kita terluput dari kebaikan dari sedekah, dari membaca Al Qurān, dari shalāt tahajud, kira-kira kita sedih tidak? Atau kita malah gembira? 

Kalau kita terbiasa di atas kebaikan tentu kita akan merasakan kenikmatannya. 

Oleh karena itu, sebelum Ramadhān coba kita biasakan. Kalau kita berkumpul jangan ngerumpi. 

Biasakan kita membicarakan tentang ilmu atau tentang amalan-amalan yang bermanfaat. 

Biasakan waktu-waktu kita, kita gunakan untuk berdzikir (Subhānallāh, Alhamdulillāh, Allāhu Akbar) sehingga di bulan Ramadhānpun kita terbiasa. 

⑷ Kita berusaha untuk memotivasi diri supaya dengan datangnya Ramadhān ini kita menjadi semangat.

Semangat untuk mendapatkan ampunan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Caranya coba kita baca:

√ Apa sih keistimewaan puasa di bulan Ramadhān? 
√ Apa sih keistimewaan di bulan Ramadhān? 

Jika dengan datangnya bulan Ramadhān kita menjadi senang. 

Ada tidak, orang apabila datang bulan Ramadhān menjadi sedih? 

Ada, kenapa? 

Karena selama hidupnya senangnya maksiat. Karena dia senang maksiat maka dengan datangnya Ramadhān dia tidak bisa meninggalkan maksiatnya. Jadi akhirnya sedih. 

Ada lagi orang yang sangat terkagum-kagum dengan badannya yang indah (misalnya) dia sedang latihan binaraga,  badannya Māsyā Allāh. Ketika datang bulan Ramadhān dia berpikir bahwa dia tidak bisa latihan secara maksimal, datangnya Ramadhān tidak disambut dengan gembira, dia menyambut Ramadhān dengan sedih. 

Adalagi yang beranggapan bila Ramadhān rejekinya susah. 

Inilah motivasi-motivasi duniawi. Seseorang, ketika lebih mencintai dunia akan mundur dari akhirat, sikapnya akan kurang terhadap kehidupan akhirat. 

Hati kita ini seperti bejana, kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Dalam hadītsnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

إِنَّ للَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي الأَرْضِ آنِيَةً ، وَأَحَبُّ آنِيَةِ اللَّهِ إِلَيْهِ مَا رَقَّ وَصَفَا ، وَآنِيَةُ اللَّهِ فِي 

الأَرْضِ قُلُوبُ الْعِبَادِ الصَّالِحِينَ 

"Sesungguhnya Allāh Azza wa Jalla memiliki bejana-bejana di muka bumi. Bejana yang paling dicintai yang paling lembut dan paling bening. Dan bejana-bejana Allāh di bumi adalah hati-hati hamba-Nya yang shalih." (HR Ahmad).

Dan bejana-bejana Allāh ini hakikatnya adalah hati orang yang berimān. 

Kalau memiliki bejana, diisi sesuatu dan penuh dengan sesuatu dia tidak akan menerima yang lain. 

√ Kalau diisi tanah maka bejana itu akan penuh dengan tanah, tidak akan menerima yang lain. 

√ Kalau diisi air (arak, mungkin) kemudian diisi batu maka airnya akan keluar. 

Demikian pula dengan orang yang mengisi hatinya dengan cinta dunia, maka cinta akhiratnya akan keluar. 

Semakin besar cinta dunianya maka cinta akhiratnya akan banyak yang keluar. 

Semakin bejana hati kita dipenuhi dengan cinta dunia, maka cinta akhiratpun pergi. 

√ Dia tidak mengharapkan lagi akhirat. 
√ Dia tidak mengharapkan pahala. 

Puasapun karena ada keuntungan dunia saja. 

"Kamu koq puasa? Tumben"

Iya, "Biar sehat."

Maka jangan penuhi bejana hati kita dengan cinta dunia, sebab orang yang memenuhi bejana hatinya dengan dunia maka dia akan berpaling dari kehidupan akhirat. 

Bagaimana kita mencintai puasa Ramadhān?

Bagaimana caranya sehingga cinta itu membuat kita semangat?

Kalau kita tidak ada semangat, tidak ada rasa suka, yang ada adalah keterpaksaan. 

Maka bila kita mencintai puasa Ramadhān pasti dengan datangnya Ramadhān ini akan senang, gembira. 

Sumber :
🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 27 Sya'ban 1438 H / 24 Mei 2017 M
👤 Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc
📔 Materi Tematik | Menyambut Bulan Ramadhan (Bagian 3 dari 6) 
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AYBS-MenyambutRamadhan-03
🌐 Sumber: https://youtu.be/FfCa4yQUNOQ
-----------------------------------

SHALĀT JUM'AT


Para Sahabat Bimbingan Islām yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita masuki halaqah yang  ke-59 dan pada saat ini kita masuk pada fasal yang berikutnya yaitu tentang shalāt Jum’at.

Sebelum kita memasuki tentang fiqih di dalam shalāt Jum'at, maka kita akan membahas sedikit tentang bagaimana keutamaan shalāt Jum'at dan juga keutamaan hari Jum'at itu sendiri.

Keutamaannya diantaranya:

⑴ Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan hari Jum'at sebagai hari yang terbaik dan mengkhususkan hari Jum'at tersebut dengan ibadah khusus dan juga dengan keistimewaan yang lainnya.

Hal ini agar kaum muslimin dan orang-orang bisa memahami keagungan, kedahsyatan dan kehebatan  hari Jum'at ini. Dan juga agar mereka bisa memakmurkan hari ini dengan cara yang terbaik.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

خير يوم طلعت عليه الشمس يوم الجمعة رواه مسلم

 Hari Jum'at adalah hari yang terbaik yang terbit matahari di atasnya. (Hadīts riwayat Muslim)


⑵ Pada hari Jum'at ada satu waktu yang mustajab.

⇒ Yaitu waktu yang apabila seseorang berdo'a dan do'anya bertepatan dengan waktu tersebut maka do'anya akan dikabulkan.

Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam sabdanya:

فيه ساعة لا يوافقها عبد مسلم، وهو قائم يُصلي يسأل الله - تعالى - شيئاً إلا أعطاه إياه

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Di dalam hari Jum'at itu ada satu waktu yang mana apabila seorang hamba (muslim) dia bisa bertepatan dengan waktu tersebut dan dia berdiri  shalāt dan minta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan apapun maka Allāh akan memberikan do'anya (mengabulkan do'anya)." (Hadīts riwayat Bukhāri dan Muslim)ز

⑶ Antara shalāt Jum'at yang satu dengan shalāt Jum'at berikutnya adalah  penebus dosa.

Hal ini berdasarkan hadīts yang diriwayatkan dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا 

اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

"Antara shalāt lima waktu, dan antara satu Jum'at ke Jum'at berikutnya, dan antara Ramadhān ke Ramadhān berikutnya, maka di sana ada penebus dosa di dalamnya apabila menjauhi dosa-dosa yang besar." (Hadīts riwayat Muslim).

⑷ Bersedekah pada hari Jum'at lebih afdhāl secara umum dari hari lainnya.

Tentunya di sana ada beberapa keistimewaan yang lain (misalnya) apabila seseorang membutuhkan, ini juga bisa mendorong, bisa jadi dihari lain lebih utama akan tetapi secara umum bersedekah pada hari Jum'at adalah lebih utama.

Hal ini disampaikan oleh Imān Ibnul Qayyim rahimahullāh, kata beliau:

"Adapun sedekah pada hari Jum'at dibandingkan dengan hari lainnya adalah  sebagaimana bersedekah di bulan Ramadhān dibandingkan bulan lainnya."

Dan Beliau juga bercerita, kata beliau:

"Saya menyaksikan sendiri Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah, apabila beliau keluar rumah pada hari Jum'at, maka beliau membawa apa saja yang ada dirumahnya, baik itu roti ataupun lainnya. Kemudian beliau sedekahkan dengan cara sembunyi-sembunyi."

Dan masih banyak keutamaan lainnya tentang hari Jum'at ini yang tidak bisa kita sebutkan dalam pertemuan singkat ini.

Dan poin berikutnya yang perlu kita ketahui bahwasanya disana ada ancaman dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bagi orang-orang yang meninggalkan shalāt Jum'at.

Setelah kita ketahui keutamaannya maka perlu kita ketahui bagaimana ancaman bagi orang-orang yang meninggalkan shalāt Jum'at.

Dalam sebuah hadīts yang shahīh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam beliau bersabda:

لينتهين أقوام عن ودعهم الجمعات، أو ليختمن الله على قلوبهم، ثم ليكونن من الغافلين

"Hendaknya orang-orang yang meninggalkan shalāt Jum'at untuk berhenti atau Allāh akan mengkunci mati hati mereka, dan Allāh tutup hati mereka dan mereka digolongkan termasuk orang-orang yang lalai." (Hadīts riwayat Muslim, Ahmad dan An Nasāi').

Dalam hadīts yang lain Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliaupun bersabda:

مَنْ تَرَكَ الْجُمُعَةَ ثَلَاثًا مِنْ غَيْرِ ضَرُورَةٍ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ

"Barangsiapa yang meninggalkan shalāt Jum'at 3 kali tanpa alasan yang darurat (alasan yang diterima oleh syari'at), maka Allāh akan mengunci mati hatinya (Allāh akan tutup hatinya)." (Hadīts ini diriwayatkan oleh Ibnu Mājah dalam Shahīhnya dan dihasankan oleh Syaikh Al Albāniy rahimahullāh).

Dan masih banyak lagi hadīts-hadīts yang lain yang merupakan ancaman bagi orang-orang yang meremehkan (tidak peduli) dengan shalāt Jum'at atau  meninggalkannya (lalai) dengan shalāt Jum'at.

▪Disana ada beberapa adab-adab yang harus dilakukan seorang muslim pada hari Jum'at, dan kita sebutkan beberapa  diantaranya:

1. Bagi imam subuh hendaknya dia membaca surat As Sajadah dan Al Insān.

2. Hendaknya setiap muslim bersegera untuk ke masjid untuk melaksanakan shalāt Jum'at.

Semakin cepat datang kemasjid maka pahalanya semakin besar.

3. Hendaknya pada hari Jum'at memperbanyak shalawat kepada Nabi kita (Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam).

4. Hendaknya bagi seorang laki-laki yang hendak pergi ke masjid, memakai wangi-wangian, bersiwak atau sikat gigi dan memakai pakaian yang terbaik pada hari itu.

5. Hendaknya mendengarkan khutbah dengan khusyu' dan tidak bermain-main tatkala mendengarkan khutbah tersebut.

6. Tatkala seorang masuk kedalam masjid tidak melangkahi pundak orang-orang. Hendaknya dia duduk di tempat dimana dia mudah untuk duduk.

7. Dianjurkan bagi setiap muslim untuk membaca surat Al Kahfi pada setiap Jum'at.

Dan masih banyak adab-adab lainnya yang bisa  kita lakukan.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada halaqah kita kali ini dan akan kita lanjutkan pada halaqah berikutnya,  In syā Allāh.


وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن
والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : 
🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 24 Jumadal Ūla 1438 H / 22 Februari 2017 M
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Shalāt
🔊 Kajian 59 | Shalāt Jum'at
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H059

MERAIH AMPUNAN DI BULAN RAMADHĀN, BAGIAN 04


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله نبينا محمد و آله و صحبه ومن وله


Kemudian di antara sebab ampunan di bulan Ramadhān, yaitu: 


⑹ Banyak bershaqadah

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam paling dermawan di bulan Ramadhān. 

Ibnu 'Abbās berkata: 

كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ

 جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ ـ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ـ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ،

"Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhān, ketika bertemu dengan malāikat Jibrīl. Beliau bertemu dengan malāikat Jibrīl setiap malam bulan Ramadhān, kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. (Hadīts Riwayat Bukhāri nomor 3554).

Apakah antum tahu, kenapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam lebih banyak berinfāq di bulan Ramadhān dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain? 

Padahal bulan mulia selain bulan Ramadhān ada 4 bulan harām (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab). 4 bulan ini adalah bulan-bulan mulia tetapi mengapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam lebih rajin berinfāq di bulan Ramadhān? 

Al Hafizh Ibnu Rajab menyebutkan rahasia-rahasianya di dalam kitāb Latha'iful Al Ma'arif. 
Apa rahasianya? 

Di antaranya kata beliau: 

√ Puasa adalah tameng dari api neraka.

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: 

الصَّوْمُ جُنَّةٌ يَجْتَنُّ بِهَا عَبْدِي مِنَ النَّارِ 

"Puasa adalah tameng, seorang hamba menamengi diri dengannya dari api neraka."

√ Shaqadah adalah pemadam

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: 

الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ 

"Dan shaqadah itu memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api." (Hadīts Riwayat At Tirmidzi nomor 3973).

Berarti puasa adalah tameng dari api neraka sedangkan sedekah adalah pemadamnya. 

Bila antum punya tameng tetapi tidak punya pemadam maka kurang kuat. Atau sebaliknya, antum punya pemadam tetapi tidak punya tameng, masih bisa kena api neraka. 

Tetapi bila antum punya keduanya (tameng dan pemadamnya) maka itu menjadi kekuatan yang dahsyat untuk memadamkan api neraka. 

Apalagi jika sedekahnya sembunyi-sembunyi, karena kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: 

صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ

"Sedekah yang sembunyi-sembunyi bisa memadamkan kemurkaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

(Hadīts Riwayat Thabrani) 

Kemurkaan Allāh akan padam dengan sedekah secara diam-diam. Bahkan kata para ulamā, kalau orang yang disedekahkannya tidak tahu itu lebih afdhal lagi. 

Sebagaimana dalam hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam: 

 سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ

 قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ

 امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى

 لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

(Hadīts Riwayat Bukhāri nomor 660,1423,6479,6806 dan Muslim nomor 1031).

Jadi ada 7 orang yang akan Allāh beri naungan, di mana tidak ada naungan kecuali naungan Allāh. 

Siapa diantaranya? 

Di antaranya seseorang yang sedekah lalu dia sembunyikan sedekahnya sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang di infāqkan oleh tangan kanannya.

Dahulu, seorang ahlul bait yang bernama Zainul Abidin, ketika meninggal dunia dan dimandikan ternyata dipundaknya hitam, lalu yang memandikan ini bertanya kepada istrinya: 

"Kenapa pundak suamimu bisa hitam?" 

Lalu istrinya berkata:

"Setiap malam suaminya itu memanggul gandum, lalu dia simpan gandum itu di depan rumah orang miskin."

Dan orang miskin tersebut tidak tahu siapa yang menyimpan gandum tersebut, orang miskin tersebut baru tahu setelah Zainal Abidin meninggal dunia, karena setelah itu tidak ada yang mengirimi mereka gandum lagi. 

Berbeda dengan kita, terkadang kita menulis infāq yang kita berikan. 

Misalnya, infāq dari keluarga Fulān. 

Tidak perlu kita beritahu, karena sedekah yang sembunyi-sembunyi itu yang besar pahalanya disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam: 

صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ

"Sedekah yang sembunyi-sembunyi bisa memadamkan kemurkaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Makanya di bulan Ramadhān ini, kita perbanyak sedekah,  Māsyā Allāh. 

Wallāhi, antum sedekah satu butir kurma saja di jalan Allāh, Allāh akan terima kemudian Allāh akan kembangbiakkan menjadi sebesar gunung. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ، وَلاَ يَصْعَدُ إِلَى اللَّهِ إِلاَّ الطَّيِّبُ، فَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا

 بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ، حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ 

"Barang siapa berinfāq dengan separuh biji kurma dari penghasilan yang baik dan tidak ada yang naik kepada Allāh kecuali amal yang baik, maka Allāh menerimanya dengan tangan kanan-Nya, kemudian mengembangkannya untuk pelakunya sebagaimana salah seorang diantara kalian merawat kuda piaraannya sehingga menjadi sebesar gunung." (Hadits riwayat Bukhari nomor 7430).

Kalau antum bisnis modalnya 10.000 (sepuluh ribu), untungnya 10 juta, antum mau tidak? 

Terkadang dalam dunia usaha ini mustahil, tapi untuk mendapatkan pahala sedekah bisa, buktinya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan begitu. 

Sebutir kurma, dikembangbiakkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadi sebesar gunung, berapa persen Allāh kembang biakan? 

Oleh karenanya di bulan Ramadhān ini kita harus memperbanyak sedekah, walaupun setiap hari antum sedekah hanya 200 rupiah atau 500 rupiah atau 1000 rupiah, namun dengan keikhlāsan dimata Allāh menjadi besar. In syā Allāh 

Sumber :
🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 22 Sya'ban 1438 H / 19 Mei 2017 M
👤 Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc
📔 Materi Tematik | Meraih Ampunan Di Bulan Ramadhan (Bagian 4 dari 5) 
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AYBS-MeraihAmpunan-04
🌐 Sumber: https://youtu.be/po6W3TBbsqE

 
Copyright © 2015 Kajian Hasan Hamzah Lubis. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger